Apakah sedemikian banyak para Pengemplang (penghutang yang tidak mau bayar hutangnya) di negara kita sehingga perusahaan sebesar dan sekelas Telkomsel begitu takutnya menghadapi resiko pelanggan Ngemplang? Celakanya, tak terkecuali saya termasuk juga didalamnya, masuk sebagai daftar orang yang patut diwaspadai akan Ngemplang.
Pengalaman loyalitas yang sudah teruji selama bertahun-tahun jadi pelanggan setia yang tidak pernah telat membayar apalagi Ngemplang, seharusnya ini lebih jadi perhatian, daripada, ini sekedar contoh secarik kertas keterangan gaji dari kantor yang begitu mudahnya dimanipulasi dan dimarkup sekarang. Betul tidak? Masih ingat dengan omelan saya ini? Nah, kali ini saya akan cerita pengalaman saya sendiri, setidaknya menurut saya, saya adalah termasuk orang yang patut diwaspadai sebagai Pengemplang.
Pada akhir Oktober tahun 2007 lalu (tepatnya tanggal 27) adalah kali pertama saya bepergian ke luar negeri. Sebelum hari H keberangkatan saya tersebut, saya mengaktifkan fasilitas International Roaming pada ponsel saya agar selama di luar negeri tetap bisa berkomunikasi alias berhalo ria dengan keluarga saya di Indonesia. Singkat cerita saya mendatangi Grapari Telkomsel jalan Pemuda Surabaya untuk mengaktifkan fasilitas tersebut.
Sesampai giliran saya di Customer Service Grapari, saya dijelaskan, untuk bisa mengaktifkan International Roaming selama di luar negeri, syaratnya ada 2 pilihan. Yang pertama, ini cukup berat menurut ukuran saya, karena saya bukan pengusaha atau orang yang banyak duit sehingga sering ke luar negeri dan mungkin tidak terlalu mempermasalahkan syarat ini, tapi karena saya hanya seorang karyawan yang kebetulan dapat bonus study tour ke luar negeri dari perusahaan. Yaitu syaratnya saya harus setor deposit dulu sebesar 2 juta rupiah.
“Alamak! Besar sekali, “pikir saya waktu itu. Saya mencoba meyakinkan dengan alasan ini itu, termasuk saya ini pelanggan yang tidak pernah telat membayar dan sudah teruji selama 5 tahun berlangganan Kartu Halo, masak, sih masih meragukan kredibilitas saya dan mencurigai sebagai calon Pengemplang juga.
Customer Service Grapari tetap menjelaskan kepada saya bahwa aturannya sudah seperti itu untuk menghindari resiko, karena biaya International Roaming di luar negeri termasuk mahal jadi Telkomsel tidak berani mengambil kebijakan dengan meniadakan biaya deposit tersebut.
Dan alternatif kedua, alternatif ini yang kemudian saya pilih adalah merubah sistem tagihan Kartu Halo saya menjadi sistem autodebet ke kartu kredit. Kalau anda orang Batak, mungkin akan bilang: “Bah! Enak kali, kau Telkomsel? Mau untung besar tapi minim resiko.” Bagaimana tidak? Pikir saya, seandainya terjadi resiko Dikemplang, resiko itu sudah dipindahkan ke bank penerbit kartu kredit saya, sementara Telkomsel tetap enak-enak menuai untung dengan menikmati profit besar mahalnya biaya International Roaming. Saya bilang mahal karena akhirnya saya tahu, selama di luar negeri untuk kirim satu SMS saja per message sebesar Rp 5 ribu. Untuk terima telpon mesti bayar sekian ribu permenit apalagi kita sendiri yang nelpon. Wah-wah mahal memang!
Cerita sedikit Tentang Siapa Saya, saya orang Surabaya, Kartu Halo saya juga terdaftar sebagai nomor Surabaya, namun karena waktu itu kebetulan saya sudah stay di Jogja maka sama CS Grapari Surabaya, saya disarankan agar mengurus pengaktifan International Roaming ini lewat Grapari Jogja. Akhirnya prosesnya saya lanjutkan ke Grapari Jogja beberapa hari kemudian tanpa ada kendala, dan fasilitas International Roaming Kartu Halo saya sudah aktif setelah sebelumnya saya mengurus fasilitas autodebet tersebut ke bank penerbit kartu kredit saya. Satu yang menjadi catatan dan tetap masih ingat sampai sekarang adalah pihak CS Grapari menjelaskan kepada saya untuk pemakaian pulsa selama International Roaming biasanya proses penagihannya tidak bisa cepat, mundur beberapa bulan karena harus menunggu penghitungan billing yang ditagihkan dari pihak operator dari luar negeri baru kemudian akan ditagihkan ke saya.
Setibanya kembali di Indonesia, beberapa hari kemudian sekitar diatas tanggal 10 Nopember 2007 saya terima tagihan billing Kartu Halo saya. Benar sekali, biaya International Roaming memang tidak murah. Tagihan saya waktu itu naik tiga kali lipat dari tagihan normal saya. Dan ini yang kemudian yang saya simpulkan sebagai tidak pinter. Mengapa? Ternyata untuk bulan Nopember tersebut saya masih tetap harus bayar tagihan Kartu Halo saya secara manual karena pada awal bulan Nopember, saat biasanya jatuh tempo pembayaran kartu kredit saya, ternyata fasilitas aoutodebet pembayaran Kartu Halo saya masih pending statusnya dan baru berlaku bulan depannya, sementara Kartu Halo jatuh tempo pembayarannya tanggal 20. Jadi percuma, dong saya ngurus kemarin. Dan percuma juga Telkomsel memberi syarat seperti itu, toh saya tetap bayar manual untuk pembayaran tagihan International Roaming saya, yang prakteknya ditagihkan lebih cepat. Dan resiko saya bisa Ngemplang masih tetap terbuka lebar-lebar, bukan?
Namun untungnya, kebiasaan orang Jawa selalu bilang untung meski saat rugi sekali pun. He…. He…. Saya bukan tipe orang Pengemplang. Kalau saya ngemplang mana mungkin cerita-cerita disini? Hi… Hi….Saya tetap membayarnya meskipun untuk itu saya harus merogoh kocek dalam-dalam karena lumayan besar untuk sekedar berhalo ria di luar negeri.
Pelajaran yang bisa saya petik dan bisa saya share kepada Anda, yang mungkin kebetulan belum pernah ke luar negeri adalah agar biaya nelpon selama di luar negeri menjadi murah, sebaiknya pertama, Anda gunakan telpon VOIP dari ponsel Anda karena biaya GPRS di luar negeri di beberapa negara masih terbilang lebih murah dibanding biaya GPRS semua operator GSM di negara kita. Kedua, jika terpaksa tetap pakai telpon biasa, gunakan nomor lokal di negara sana. Itu jauh lebih murah dibanding kita mempertahankan nomor Indonesia untuk bisa dipakai International Roaming disana. Ketiga, jangan menggunakan nomor pasca bayar selama di luar negeri, pakai aja nomor prabayar, itu lebih memudahkan kontrol pemakaiannya selama di luar negeri. Dan yang terpenting, silahkan dinote "Keluar dari resiko dan rasa sakit hati karena dianggap calon pengemplang"
Jumat, 23 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ngemplang agaiiinnn...
BalasHapuspadahal saya ajah blm nemu basa bataknya ngemplang..
klo kt tmn2 saya sih "parutang busuk" hehehehehehe
"Kalau anda orang Batak, mungkin akan bilang: “Bah! Enak kali, kau Telkomsel? Mau untung besar tapi minim resiko.” "
ngapainnnn saya dibawa2???????? :)) :))
Memang tidak boleh, ya saya ambil dialeknya untuk memperkuat narasi saya? He He He
BalasHapusNanti honor dari posting ini akan saya sumbangkan kamu untuk ganti ruginya.
Emang siapa kira-kira yang mau bayar postingan tulisan jelek begini?