Sebenarnya ini Modem hanya Modem biasa. Modem jenis USB merk SpeedUp tipe SU-9000U, dengan kecepatan dowloadnya sudah HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access) sebesar 7.2 Mbps dan kecepatan uploadnya sudah HSUPA (High-Speed Uplink Packet Access) sebesar 2.1 Mbps. Tapi kejadian demi kejadian yang saya alami dengan Modem ini sejak awal beli sampai sekarang yang penuh dengan kejutan bolehlah saya sebut fenomenal, karena seringkali mengejutkan saya akibat munculnya kejadian yang tanpa bisa saya duga sebelumnya.
Kejadian pertama, pada bulan Desember 2009 lalu saya sempat mengatakan dan menulis artikel tentang modem tersebut sebagai Modem Mubazir. Betapa tidak? Karena percuma saya beli modem dengan teknologi peripheralnya yang sudah tinggi, tetapi speed Telkomsel Flash yang menjadi pasangannya ternyata masih jauh tertinggal dibelakangnya.
Terus Mubazir yang kedua, saat masa pemakaian awal selama enam bulan dari promo pembeliannya yang mendapatkan bonus sebesar 500 MB/ bulan sudah habis, rencananya saya ingin lanjut dengan apply paket Telkomsel Flash Unlimited. Tapi apa? Ternyata programnya sudah ditutup. Saya kecele. Saya akhirnya kecewa.
"Terus modemnya mau dipakai apa?" Sungut saya kala itu.
Kemudian demi agar tidak Mubazir akhirnya saya terpaksa apply paket Telkomsel Flash Reguler volume base 500 MB/ bulan dengan biaya abonemen sebesar Rp 125 ribu/ bulan. Maklum, modemnya memang modem lock sehingga tidak bisa saya pakai dengan menggunakan simcard operator lain.
Dan alamak, pada pemakaian bulan pertama pada Januari 2010 atau tagihan Februari, saya dibuat terkejut setengah mati. Angka tagihan Flash-nya meledak ke angka Rp 405.065,-
Mungkin bagi Anda yang banyak duit angka segitu tidak terlalu besar, tapi bagi saya itu sudah lumayan cukup membuat saya terkaget-kaget, terlebih itu bukan tagihan internet saya satu-satunya. Karena saya juga masih harus keluar duit lagi untuk bayar tagihan Flash pada Kartu Halo di ponsel saya. Terus juga harus ngopeni pulsa untuk Modem SMART saya, yang saya pakai sebagai secondary modem saya.
Akhirnya bulan Februari 2010 akhir, Flash-nya terpaksa saya tutup karena saya takut makainya kebablas lagi sehingga dipertengahan Februari saya mulai stop tidak menggunakan modem tersebut. Dan pada tanggal 1 Maret 2010 saya datang ke Grapari Jogja untuk melalukan penutupan kartu Halo-nya.
Pada hari Senin, 15 Maret 2010 kemarin tagihan Halo buat Flash yang sudah saya tutup tadi baru nyampek kantor saya dan saya terima. Lagi-lagi saya terkejut begitu saya buka tagihannya. Ternyata masih tinggi angkanya, yaitu sebesar Rp 280.750.
"Ini aneh?" Pikir saya. Lha, wong saya sudah nggak pakai kok masih setinggi itu. Saya mulai curiga dan su'udon dengan Telkomsel.
"Jangan-jangan ada yang tidak beres ini?" Saya bertambah curiga. Kok, perincian pemakaiannya tidak dilampirkan? Terus muncul biaya voice di billing statementnya, padahal saya tidak pernah pakai buat nelpon. Wong itu hanya khusus buat modem jadi mana pernah saya pakai buat nelpon.
Akhirnya, terpaksa saya putuskan kembali mendatangi Grapari untuk menanyakannya. Dan setelah di Grapari saya dijelaskan ternyata memang ada kesalahan pada sistem billing di Telkomselnya sehingga data pada angka tagihannya memang tidak valid. CS Grapari-nya menjelaskan kepada saya seharusnya yang benar tagihan saya hanya bayar abonemen saja, tidak sebesar itu.
Saya lantas punya pikiran jelek: "Kok, bisa perusahaan gede sekelas Telkomsel punya sistem billing kacau begini? Jangan-jangan ini disengaja? Buktinya perinciannya sengaja tidak dilampirkan di tagihannya," pikir saya kembali ber-su'udon.
Saya tiba-tiba jadi ingin membandingkan antara perusahaan Telekomunikasi dengan PLN. Keduanya sama-sama perusahaan pelayanan publik tapi setidaknya PLN, meski banyak orang yang tidak puas dengan pelayanan PLN, tapi sistem pencatatan billing pada PLN lebih baik dan transparan dibanding Telkom atau Telkomsel. Mengapa? Karena PLN pasang KWH di rumah pelanggan, sementara Telkom tidak sehingga transparansi perhitungannya lebih terbuka punya PLN.
Begitulah cerita tentang Modem Fenomenal saya. Kini akhirnya terpaksa harus saya pensiunkan kembali modem saya tersebut. Karena saya nggak kuat ngopeni biaya internetnya. Jadi saya mending pakai Flash Unlimited saya, sama modem SMART saja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kalau saya ga pernah mau beli modem langsung yang udah dipaket gitu mas soalnya di lock, tar repot kalau ga puas dengan 1 operator trus mau pindah, soalnya kualitas internet emang bener2 masih payah cuma di daerah tertentu aja yg bagus
BalasHapusBenar, Mas kalau pakai modem lock ya resikonya begitu itu. Akhirnya saya terpaksa ganti modem yang unlock. Dulu saya beli modem itu masih mahal. Sekarang modem HSDPA unlock harga 300 rb da dapet.
BalasHapusemangnya gak bisa di unloack mas? Soale punya saya hasil unlock operator lain dan suskses digunakan ke operator apa ajah
BalasHapusKlo saya beli modem, lihat featurenya. Cocok sama yang kita butuhin atau nggak. Yang jelas harus cocok juga di kantong
BalasHapusDulu awal HSDPA Telkomsel saya pernah hack dengan mengunakan HSDPA Modem, mmg bisa 5x lipat kecepatan DSL, tp malah yang bayar kok terkenal lemot dan sering ngaco billingnya.
BalasHapusbukan detikcom: Boleh juga idenya, Mas Gardino. Nanti coba saya bawa ke tukang oprek agar diunlock.
BalasHapusModem Wireless: Seperti yang sudah saya ceritakan, dulu rencananya setelah masa gratisnya habis saya ingin lanjut apply paket Telkomsel Flash Unlimited tapi sayangnya, paketnya da ditutup.
Mas Lintang: Wah, saya bisa belajar ini gimana cara nge-Hacknya. Kapan2 saya juga mau diajari. He2