Masih menyambung artikel saya sebelumnya tentang Tips Menulis, seperti janji saya kemarin di akhir artikel, untuk kali ini akan saya sambung kembali tips cara mudah untuk menulis sebuah artikel. Kalau kemarin pada poin pertama saya sebutkan Membaca Cermat sebagai salah satu poin untuk memudahkan Anda menulis, maka di artikel ini akan saya ulas lagi lebih dalam tentang seberapa penting kah peran membaca buat menulis.
Anda masih ingat dengan 4 tingkatan membaca? Yang sempat saya ulas sedikit di kolom komentar karena menanggapi komentar dari Mas Anis Fahrunisa JabarView di artikel 5 Tips Mudah Menulis Artikel? Yaitu membaca elementer (membaca tingkat dasar), membaca inspeksional (membaca sekilas/cepat), membaca analitis (membaca pemahaman) dan membaca sintopikal (membaca perbandingan).
Nah, yang terakhir, yaitu membaca sintopikal itulah yang tersulit. Sulit karena prosesnya kita tidak hanya sekedar membaca biasa tapi sudah dalam taraf pemahaman yang lebih tinggi dan mendalam dengan melakukan perbandingan buku satu dengan banyak buku lainnya dari subyek tertentu.
Contoh kasus, Mas Yuda Link Sukses di posting artikel Komentar Bunglon menyoroti tentang adanya "Blogger Bunglon" akibat komentarnya yang tampak seperti idiot, berusaha ingin terlihat populer dengan bikin ulah meninggalkan comment seenaknya yang tak nyambung dengan artikelnya. Saya bisa simpulkan orang semacam itu kemungkinan besar melewatkan proses membaca dengan pemahaman yang lebih dalam seperti dalam proses membaca analitis apalagi sintopikal. Atau kalau tidak, ya memang tujuannya untuk cari gara-gara.
Balik lagi ke topik membaca sintopikal. Kalau umumnya orang membaca seperti murid yang sedang belajar kepada guru dengan mengganggap buku sebagai gurunya, maka pada tingkatan membaca sintopikal sebaliknya, Anda lah yang berkuasa. Justru buku yang menjadi murid dan harus melayani Anda.
Sekali lagi, itulah tingkatan tersulit dalam membaca. Sulit tapi buahnya manis karena proses ini membuat Anda jadi bisa menulis dengan mudah, kritis, analitis dan akhirnya punya sudut pandang dengan perspektif berbeda-beda yang jauh lebih lengkap. Cara inilah yang banyak dilakukan para penulis buku atau penyusun sebuah karangan ilmiah.
Sekarang akan saya bahas tentang bagaimana "Membaca Kreatif" yang sangat berkaitan erat dengan menulis. Sebelumnya ingin saya sampaikan, membaca kalau kita klasifikasikan berdasarkan kedalaman pemahaman terhadap teks bacaan atau berdasarkan tingkatannya, cara membaca dibedakan atas membaca literal (reading the lines), membaca kritis (menganalisa bacaan), serta membaca kreatif.
Apa itu membaca kreatif? Yaitu sebuah proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan baru yang terdapat dalam sebuah bacaan. Kemudian melakukan komparasi perbandingan dengan pengetahuan-pengetahuan yang pernah kita dapatkan sebelumnya.
Dalam kasus membaca kreatif ini Anda tidak hanya dituntut mengerti dan memahami tapi sudah menganalisa lebih lanjut, memperbanding-bandingkannya, yang akhirnya ini bisa Anda telorkan kembali pengetahuan itu kedalam bentuk sebuah pemahaman baru yang bisa, salah satunya menjadi sebuah tulisan. Mungkin ini rada mirip dengan kasus mengikuti training for the trainer. Yaitu ikut traning untuk menjadi seorang trainer.
Dengan membaca, kita dapat menerapkan berbagai knowledge baru yang kita peroleh untuk mengembangkan karier Anda, atau bisa meningkatkan kemampuan dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan masing-masing. Jadi, bermacam-macam manfaat penting dapat dipetik dari proses "Membaca kreatif", salah satunya untuk menulis.
Kesimpulannya: Jika ada orang yang bilang tanpa membaca bisa mahir menulis, itu adalah omong kosong belaka. Bahkan salah seorang blogger pernah berani terang-terangan berkata demikian: "Berhentilah menjadi blogger kalau Anda tidak suka membaca." Begitu pernyataan provokatifnya yang pernah saya baca. Dan kalau itu saya hubungkan dengan ulasan tentang "Membaca kreatif" diatas rasanya sulit untuk menyangkal kalau misalnya Anda bukan orang yang gemar membaca tapi bisa mudah untuk menulis apalagi yang samasekali tanpa membaca.
Masihkah Anda meragukan pentingnya membaca untuk menulis?
Catatan:
Artikel ini salah satu contoh saja dari tulisan yang dihasilkan dari proses membaca kreatif. Materi ini saya sadur dan sarikan dari banyak sumber serta dari pengalaman penulis sendiri.
Rabu, 23 Juni 2010
Membaca Kreatif Untuk Kreatif Menulis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hohohohohoo.. seringkali membaca hal yang sering terlewatkan (seperti saya hehe he), makanya jadi kadang buntu ide ...
BalasHapuswah mulai sekarang harus banyak membaca, biar bisa nulis kayak mas joko ...
l
l
v
MisterXWebz
MisterXWebz
BalasHapusMari terus banyak membaca, Mas. Tidak ada yang rugi dengan banyak membaca. Terlebih buat blogger seperti kita.
orang jogja to mas.. ? hehehe
BalasHapusAntitesis selalu menyertai tesis. Untuk selanjutnya keduanya melahirkan sintesis. Apa yang kita ketahui sekarang bisa jadi merupakan antitesis dari pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Karena sifatnya yang tentatif, ilmu pengetahuan selalu menyisakan ruang untuk diverifikasi dan dikritisi yang pada gilirannya diharapkan dapat melahirkan sintesis-sintesis baru yang lebih absah dan relvan dengan kehidupan sekarang.
BalasHapusTidak ada ruang bagi manusia untuk takabur dengan apa yang diketahuinya sekarang! Karena tidak akan pernah sebanding dengan apa yang belum, akan, dan tidak akan diketahuinya. Betapa indahnya ketika Socrates mengatakan bahwa, "Yang saya tahu adalah tidak tahu!"
Tak peduli seberapa banyak buku yang dibaca, jika output-nya hanya rentetan repetisi, maka itu sia-sia belaka (barangkali)! Meskipun sulit (dan itu saya akui dan rasakan), memang sudah sebaiknya kita membentangkan serta menerawangkan apa yang kita pahami dari bacaan ke wilayah-wilayah renungan yang lebih luas..
Maaf Mas Joko, ngelantur komentarnya! hehe...
Tapi kapan-kapan, boleh juga Mas Joko diundang menjadi pembicara untuk seminar-seminar atau outbond-outbond pengembangan diri. hehehe...
Semoga dengan seringnya menikmati tulisan-tulisan Mas Joko di blog ini, efek menetes ke bawah (trickle down effect)-nya berlaku buat saya. :)
Saya tdk meragukan betapa pentingnya membaca tuk menulis, sy dah bnyk membaca lho, saking seringnya sibuk membaca nggak sempat nulis deh? Mngkn krg pandai jg bagi waktu atau mmg benar-benar blm membaca kratif sehingga jauh pula tuk dpt kretif dlm menulis.
BalasHapusSy dah baca jg postingan anda sebelumnya hanya belum sempat publish komentar dipostingan trsbt, postingan itu seolah hadiah bg sy. Terimakasih
secangkir teh dan sekerat roti:
BalasHapusBetul. Kita sama-sama tinggal di Jogja, kan?
Anis Fahrunisa:
Terima kasih banyak Mas Anis untuk tambahannya.
Saya kutip sebagian tambahan dari Mas Anis: "Antitesis selalu menyertai tesis. Untuk selanjutnya keduanya melahirkan sintesis."
Ya, itulah tujuan membaca kreatif tidak hanya sekedar menelan bacaannya saja setelah itu selesai, tidak. Tapi sudah lebih dari itu, salah satunya bisa melahirkan sintesis baru seperti yang Mas Anis sebut.
Mungkin tulisan saya tak sampai setinggi itu. Tapi setidaknya dengan menulis, dari proses melakukan membaca kreatif saya jadi belajar kembali mengingat-ingat bacaan-bacaan yang pernah saya baca, merangkai dan menyimpulkannya kembali sehingga saya tak cepat pikun di usia saya yang semakin menua ini.
Ah, Mas Anis bisa saja. Saya masih perlu untuk belajar lagi. Belum saatnya menjadi seorang trainer pengembangan diri.
Admin:
Hadiah!? Ah, tidak ada hal yang lebih membahagiakan bagi saya selain tulisan saya bisa bermanfaat buat orang lain. Terima kasih juga, Mbak Amatullah.
Saya juga tidak meragukan pentingnya membaca. Saya sering sekali membaca terutama sebelum memposting sebuah artikel walaupun tidak jarang saya sering merasa kesulitan untuk menjadikan bacaan tersebut sebagai murid, bukan sebagai guru seperti halnya sebuah buku tadi. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan sehingga apa yang saya baca masih merupakan guru bagi saya.
BalasHapusTerima kasih tipnya.
Saya malah ragu kalau ada penulis yang jarang membaca :) Membaca dan menulis, 2 hal ini mestinya sejalan sepenanggungan seiring kesadaran diri untuk belajar. Membaca tanpa menulis, ilmu yg didapat perlahan akan sirna. Sedang menulis tanpa membaca, niscaya hanya berupa omong kosong tanpa makna..
BalasHapusDan uraian membaca kreatif di artikel ini sangat mantap sebagai pembelajaran bagi saya, dan seharusnya menjadi renungan para blogger juga.
Terima kasih atas sharingnya pak :)
Besarnya manfaat dari membaca, jika masyarakatnya kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya membaca, terciptanya suatu peradaban yang lebih baik menjadi suatu keniscayaan. Disamping faktor lain yang menjadi penyebab kurangnya minat baca, diantaranya budaya menonton lebih mendominasi daripd membaca. OOT ya mas :)
BalasHapusYuda:
BalasHapusMas Yuda, saya pun masih termasuk seperti orang yang Mas Yuda maksud. Berguru pada buku. Namun, saya tak pernah menelan mentah-mentah informasi yang saya dapat, tetapi berusaha untuk selalu mengkompair dengan sumber-sumber informasi yang lain. Sebenarnya ini esensi yang dimaksud. Buku melayani kita dalam konteks melayani sesuai subyek informasi yang kita inginkan.
Darin:
Betul, Mas Darin. Membaca itu bagus tapi akan lebih bagus lagi diimbangi dengan menulis agar apa yang kita baca tidak menguap sia-sia. Bukankah dengan menulis kita bisa diuntungkan? Karena jadi ingat dengan bacaan-bacaan yang pernah kita baca sebelumnya. Tidak ada hal yang paling menyedihkan selain ilmu yang menguap sia-sia tanpa pernah disharingkan ke orang lain.
Lintang Hamidjoyo:
Itulah faktanya, Mas Lintang. Banyak orang yang lebih senang menjadikan tontonan, contoh seperti TV sebagai tuntunan daripada dengan membaca. Apalagi berharap orang senang dengan budaya menulis, sepertinya itu masih jauh dari angan-angan di negara kita.
setuju sekali bila seseorang yang mahir menulis pasti suka membaca,,
BalasHapusjadi terlintas kepingin belajar menjadi pembaca kreatif nichh..