Terus terang, saya sendiri tak pernah mematok standar dalam tulisan saya. Mematok tulisan saya harus bisa mencapai standar seperti tulisan si A atau si B misalnya.Yang ada saya hanya melakukan continuos improvement saja tanpa henti dalam menulis. Saat masa diawal-awal saya menulis atau ngeblog, saya sering mencermati gaya menulis orang lain, dengan salah satunya menerapkan teknik "Membaca Kreatif".
Kalau berbicara style atau gaya menulis, pada dasarnya saya tak punya kiblat, fokus untuk mengagumi kepada penulis tertentu. Selama ini saya lebih menitikberatkan pada isi dari tulisan atau bukunya daripada fanatisme kepada seorang pengarang tertentu. Namun, saya juga adakalanya melihat siapa pengarangnya sebagai salah satu alasan saya sebelum untuk memutuskan membeli sebuah buku.
Kembali kepada Membaca Kreatif, Apa itu Membaca Kreatif? Seperti sudah saya singgung di tulisan saya sebelumnya, Membaca Kreatif adalah sebuah proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan baru yang terdapat dalam sebuah bacaan. Kemudian melakukan komparasi perbandingan dengan pengetahuan-pengetahuan yang pernah kita dapatkan sebelumnya.
Dalam sudut pandang penulis, teknik membaca yang seharusnya kita lakukan adalah tidak hanya sekedar membaca dan memahami isinya, tapi harus sudah lebih jauh dari itu, yaitu dengan menarik benang merah semua bacaan-bacaan yang pernah kita baca, kemudian bersikap analitis, kritis dan memperbandingkan semua bacaan-bacaan yang pernah kita baca sebelumnya. Termasuk, pengalaman-pengalaman hidup yang pernah kita alami. Ini baru namanya proses Membaca Kreatif.
Bagaimana teknis membaca yang baik bagi penulis? Teknisnya seperti apa? Kalau membaca biasa, bukan untuk kepentingan menulis tuntutan hanya pada memahami isi bacaannya saja sudah cukup. Namun kalau pada membaca untuk tujuan menulis, yang harus Anda lakukan adalah dengan mencermati lebih dalam dan detil tulisannya. Contoh, mengamati seperti: Cara penulisnya memaparkan, cara penulis menyusun alur kalimat dan alinea, cara penulis membuat plot (kalau dalam cerita fiksi), cara penulis membuat judul, cara penulis membuat dan menyimpulkan ide dsb, disamping Anda juga harus memahami dari isi bacaannya.
Proses Membaca Kreatif itulah yang terpenting sejatinya sebagai modal awal untuk menulis yang sebenarnya. Jangan hanya sekedar membaca untuk memahami isinya saja. Kecuali kalau tujuan membaca Anda memang tidak untuk menulis.
Dan kalau berbicara standar tulisan, Anda pada akhirnya nanti, entah kapan, standar orang lain itu justru seharusnya Anda buang jauh-jauh semuanya dan Anda harus punya standar atau karakter sendiri dengan style tulisan sendiri.
Hem, saya rasa semua penulis sepertinya rata-rata akan melewati proses seperti itu.
Saya sebelumnya pernah menulis tentang ini dan pernah mengatakan: Lupakan Teori Menulis. Kebanyakan teori justru malah bikin kita mumet dan minder untuk menulis. Yang harus Anda lakukan dan lebih penting adalah langsung praktek menulis dan terus praktek menulis sambil pelan-pelan diiringi sedikit belajar teori bagaimana cara menulis yang baik.
Karena prakteknya, tak ada orang yang pintar menulis hanya karena belajar teori tok dengan sedikit praktek apalagi tanpa praktek menulis. Tapi sebaliknya, tak sedikit orang yang piawai menulis justru karena otodidak dan karena sudah sering menulis.
Jadi kesimpulannya, kegiatan membaca memang sangat penting buat modal menulis. Tapi membaca saja tanpa melakukan sebuah proses Membaca Kreatif, itu belum cukup untuk memudahkan Anda untuk menulis apalagi bisa terus-menerus kreatif menulis.
Nah, bagaimana dengan Anda? Bagaimana cara Anda membaca dalam kaitannya untuk tulis menulis? Apakah sudah melakukan dengan cara-cara seperti Pembaca Kreatif? Jika sudah, paling tidak, 15 ciri Pembaca Kreatif yang ditulis oleh Amiruddin Zuhri di bawah ini tentunya ada pada diri Anda. Berikut ciri-ciri dari Pembaca Kreatif:
- Kegiatan membaca yang dilakukan tidak berhenti sampai pada saat ia selesai membaca buku.
- Ia mampu menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari
- Muncul perubahan sikap serta tingkah laku setelah proses membaca dilakukan.
- Hasil membaca akan berlaku dan diingat sepanjang masa.
- Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaannya.
- Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya.
- Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang dihadapi dengan menggunakan bacaan sebagai pegangan.
- Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
- Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
- Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan.
- Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
- Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
- Semakin kaya ide baik dalam meningkatkan mutu maupun membuat terobosan baru dalam memecahkan persoalan.
- Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru.
- Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan.
Itulah gambaran dari Pembaca Kreatif. Dari 15 ciri yang ada dalam Pembaca Kreatif, kira-kira Anda sudah memenuhi berapa point?
waduhh mas...
BalasHapussampeyan ngingetin pas pertama kali aku ngeblog d friendster..
gaya tulisanku hancur, wkkwkw...
dan ak setuju pndapat mas joko bahwa "lebih penting adalah langsung praktek menulis dan terus praktek menulis sambil pelan-pelan diiringi sedikit belajar teori bagaimana cara menulis yang baik."
coba deh mas di liat, tpi jgn ketawa...
wkwkkw...
http://phuad.blog.friendster.com/2008/11/pcmav-19-build-2-with-clamav-094/
Saya akan berkomentar sesuai bidang saya, penulisan artikel atau tutorial desain.
BalasHapusSaya memang fanatik pada tulisan seseorang atau pihak tertentu. Misalnya, seperti saya katakan di artikel, saya mengambil standar Constantin Potorac dan Deke mcClelland. Saya juga membatasi bacaan hanya pada situs-situs besar seperti psdtuts, vectortuts, design instruct, dst. Ini menurut saya mempermudah karena semuanya sudah diakui dunia. Tentu saja, ini lebih mudah daripada harus mencari sendiri semua buku/artikel yang ada dan memilah yang terbaik.
"Semua penulis suatu saat akan melewati standar itu dan memiliki gayanya sendiri." Saya yakin para penulis hebat akan seperti itu. Sedangkan saya menganggap diri sendiri hanya penulis biasa dan tidak memiliki khas penulisan tertentu. Selama saya masih dalam level ini, di bawah penulis yang saya sebutkan di atas, mereka akan tetap menjadi acuan saya.
Seandainya saya sudah diakui dunia bisa melewati mereka, saya akan mencari penulis lain yang lebih baik sebagai standar.
Mungkin sedikit tambahan saja. Sebagai penulis, saya akui memang cara membaca seorang penulis harus berbeda dari pembaca biasa. Saya beberapa kali membeli buku Photoshop bagus bukan karena ingin belajar isinya tapi ingin mempelajari cara penulisannya dan layout bukunya.
Phuad:
BalasHapusSaya sudah buka link blognya. He....He....
Iya, bahasanya mengingatkan saya pada bahasa para ABG. Susah saya untuk mencernanya. Tapi saya lihat tulisan Mas Fuad sekarang sudah jauh lebih bagus. Rapi, teratur dan enak dibacanya.
Jeprie:
Berkiblat atau fanatik kepada salah satu/beberapa penulis hebat saya rasa tidak masalah, Mas Jeprie. Karena kalau yang kita jadikan acuan itu seorang penulis hebat itu sangat membantu memberikan iklim trickle down effect yang baik ke kita sebagai penulis, bukan?
Terima kasih point tambahan dan sharing pengalamannya, Mas Jeprie.
Sekarang saya berharap bisa melebihi Constantin Potorac. Sekarang saya dan dia sama-sama penulis Psdtuts+. Mudah-mudahan berhasil. ;)
BalasHapusPak Joko,
BalasHapussaya membaca konten ini via ekstensi Readability di Firefox.
Setelah mengikuti diskusi di tulisan Mas Jeprie tersebut via surel, lalu ke sini.
Saya salut melihat ketekunan Pak Joko mengisi konten blog ini. Seperti tiada habisnya.
Adakah cara menulis/menyajikan konten paling favorit yang Pak Joko pakai di blog ini?
Adakah teknik copywriting yang paling Pak Joko sukai?
Jeprie:
BalasHapusDengan sudah sama-sama menjadi kontributor di Psdtuts+, saya rasa Mas Jeprie kini secara otomatis sudah berdiri sejajar dengan Constantin Potorac.
Saya pernah diam-diam menyuruh kawan saya melihat tutorial2 desain Mas Jeprie. Dan dalam pandangan kawan saya, yang sesama seniman graphis, kawan saya desainer cover buku di penerbit Mizan, katanya Mas Jeprie ini keahliannya sudah setingkat begawan desain. He2. Karena sudah sangat memahami apa itu "Psikologi Desain".
Tinggal selangkah lagi Mas Jeprie pasti sudah akan menyalib Constantin Potorac.
Dani:
Mas Dani, terlalu memuji. Banyak blogger lain yang jauh lebih produktif menulis ketimbang saya. Blog ini belum ada apa-apanya kalau saya bandingkan dengan blog-blog itu.
Kalau pertanyaannya cara menulis/menyajikan konten favorit saya dan teknik copywriting apa yang saya pakai dalam menulis di blog, saya bingung jawabnya. Karena terus terang saya tak punya teknik khusus dalam menulis. Saya menulis hanya mengalir saja, menuangkan dari apa pun yang saya baca, lihat, dengar dan rasakan atau alami sehari-hari.
Dan seperti diskripsi blog ini, tulisan berbentuk Opini lah yang paling sering saya tulis di blog ini. Saya tidak akan pernah menulis tentang desain dan aksesibilitas web seperti Mas Dani yang kurang saya kuasai.
makasi mas, ane jadi malu :D
BalasHapushahha...
Begitu ya???
BalasHapusMalah saya yang ngga tahu apa itu "Psikologi desain". Terserah saja lah. Buat saya ini sekedar hobi. :)
Phuad:
BalasHapusSama aja, Mas Phuad kalau saya membaca tulisan lama saya juga suka tersenyum bacanya. Karena kata-katanya ancur.
Jeprie:
Mungkin itu hanya istilah kawan saya saja, Mas Jeprie. Saya juga kurang paham apakah ada istilah "Psikologi Desain" dalam sebuah desain.