Saat saya tulis tulisan ini umur saya sudah menginjak di usia 37 tahun. Usia yang bagi saya tergolong tidak muda lagi. Meskipun, saya juga tak mau Anda sebut saya tua. Inginnya saya, Anda sebut muda terus. He...He.... Walaupun mungkin juga saya tidak dibilang terlalu tua untuk sekedar ngeblog dan bercengkrama dengan Anda kawan-kawan saya semuanya yang ada di blogospher, yang rata-rata umurnya kebanyakan masih muda-muda, karena prakteknya masih ada blogger gaek yang umurnya lebih tua dari saya juga masih ngeblog.
Umur boleh saja sudah 37 tahun. Boleh mengalami namanya pindah kost dan rumah sampai 18 kali. Pernah hidup dan merasakan tinggal di 8 kota di Indonesia, namun satu hal yang tak pernah bisa mendewasakan saya adalah menyikapi sebuah perpisahan. Selalu saja ada guratan kesedihan setiap kali ada kata perpisahan diucapkan seseorang kepada saya. Padahal, dengan sering berpindah-pindah tempat dan pekerjaan sampai 18 kali bukankah telah banyak orang yang, mungkin, sedih saya sakiti juga tanpa sengaja karena saya tinggalkan akibat sebuah perpisahan.
Saya masing ingat 10 tahun yang lalu waktu saya bekerja di Samarinda Kalimantan Timur, tepatnya awal tahun 2000 saya pernah lihat mata berkaca-kaca seorang teman kerja karena saya tinggalkan pulang ke tanah Jawa. Saya ikutan sedih terharu menyikapi perpisahan itu.
Dan satu lagi kesedihan saya akibat sebuah perpisahan, yaitu pada tahun 2007 lalu, yang mungkin tidak akan pernah bisa saya lupakan sepanjang umur hidup saya adalah ketika harus berpisah dengan rumah saya, saudara dan tetangga-tetangga saya di Sidoarjo akibat diusir paksa oleh Lumpur Lapindo yang dengan pelan namun pasti akhirnya menenggelamkan rumah saya.
Ehm, Anda jangan salah sangka. Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengucapkan perpisahan yang sama seperti halnya peristiwa 10 tahun yang lalu itu atau seperti tahun 2007 yang lalu waktu saya kehilangan rumah akibat Lumpur Lapindo. Bukan juga hendak mengucapkan perpisahan kepada Anda. Sekali lagi bukan. Namun, tak menutup kemungkinan saatnya nanti, entah kapan, saya pun harus pensiun dari blogging ini dan mengucapkan salam perpisahan kepada Anda semuanya. Bukankah lahir, hidup dan mati adalah sudah garis kehidupan yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa? Siapa yang bisa menolak perpisahan karena maut?
Lewat tulisan ini saya ingin mengucapkan selamat jalan buat sahabat blogger saya, yaitu Mas Anis Fahrunisa yang kini telah berhenti dari ngeblog. Selamat jalan, Mas Anis. Selamat jalan sahabat. Saya doakan Mas Anis berhasil dan sukses meraih cita-citanya yang sempat tertunda. Terima kasih buat foto kenang-kenangannya, dan izinkan saya untuk memuat fotonya di blog ini untuk mengenang Mas Anis.
Minggu, 11 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wah lega juga akhirnya,, Baru lihat judulnya saja saya kaget ... waduh baru aja mas Anis "pamitan" lha kok mas joko juga mau pamitan, trus temen saya nanti siapa???, (whekeke sok akrab...) baru aja ngenal yang namanya ngeblog, masak harus kehilangan 2 teman hihihihii... Sukses untuk mas joko, dan Selamat Jalan Mas Anis... sukses selalu
BalasHapusPadahal jbarview adalah blog yang bagus.. sayang..
BalasHapusBaru tahu ternyata Pak Joko adalah salah satu korban lumpur ya. Kalau lihat di peta sepertinya tinggal di daerah Kalasan ya? hehe cukup dekat dari tempat saya di Ngaglik :)
yeah, mungkin cukup basi, Salam kenal Pak. :)
Waduh mas jangan seperti itulah, jangan ngomongin perpisahan dulu jalanin aja dengan enjoy.
BalasHapusSaya jadi sedih mas bacanya.
MisterXWebz:
BalasHapusSaya belum berniat untuk pensiun dini dari ngeblog, Mas. Setidaknya, untuk waktu dekat ini. Doakan semoga kita sama-sama eksis di blogosphere
ArdianZzZ:
Ya, benar Mas Ardian, saya salah satu korban Lumpur Lapindo yang kini sudah memulai kehidupan baru lagi di Jogja. Ngaglik? Wah, ternyata kita berdekatan, Mas jadi kapan-kapan bisa kopi darat kalau begitu. He...He....
Harits Mugni N:
Terima kasih Mas Harits. Support dari Mas Harits membuat saya makin merasa enjoy dan tak ingin pensiun secepatnya dari blogging.
Hehe.. mungkin jika ada "waktu dan kesempatan" yang baik :)
BalasHapusMoga-moga di Jogja tidak ada musibah serupa Lapindo ya Pak, takutnya nanti jadi "Bencana Nasional" padahal yang salah korporat. :(
ArdianZzZ:
BalasHapusTerima kasih doanya, Mas Ardian. Semoga saja demikian sehingga saya bisa menghabiskan sisa umur hidup saya sampai tua di sini (Jogja).