Menjadi penulis memang bukan perkara mudah. Mengapa tak mudah? Sebentar, bukannya saya hendak meninggikan derajat penulis itu lebih tinggi dari derajat manusia umumnya (non penulis), tidak. Tetapi saya hanya berusaha menjelaskan kepada Anda karena prakteknya pekerjaan menulis itu bukan sebuah pekerjaan mudah buat semua orang.
Tak percaya? Anda ingin contoh ilustrasi? Baiklah, Anda tahu bahkan yang sudah sekaliber penulis tenar pun kalau ditanya apa mudah menulis? Jawabnya pasti akan sama, tetap tak mudah untuk menulis. Dia (penulis) tetap butuh penghayatan-penghayatan tertentu, melihat atau memotret fakta lebih dulu sebelum akhirnya dituangkan kedalam tulisan. Dan proses ini, sekali lagi, bukan sebuah perkara mudah.
Ingat tulisan saya terdahulu. Baca "Saran Saya: Berhentilah Ngeblog!" Bahkan sastrawan dari Padang yang terkenal itu, A.A. Navis butuh berdiam diri lama di kakus untuk sekedar mencari ide. Apa itu artinya menulis bisa dibilang mudah?
Contoh lain, penulis novel Existere, Sinta Yudisia untuk menulis novel yang mengisahkan perempuan yang terseret dalam dunia prostitusi itu dia sampai bela-belain keluar masuk gang Dolly Surabaya untuk mengamati dan mempelajari wanita Tuna Susila di lokasi pelacuran yang katanya terbesar di Asia itu. Sekali lagi pertanyaan saya, apakah menulis masih dibilang mudah?
Dalam konteks ngeblog pun sama. Ngeblog juga menulis. Ada fase-fase siklus yang biasanya akan dialami oleh seorang blogger. Fase siklus ini saya simpulkan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengamatan saya setelah sekian lama saya mengamati banyak blog di jagat blogosphere mayantara ini.
Fase siklus ini bukan bersifat mutlak. Selalu saja ada blogger yang mungkin diluar kotak difinisi saya ini. Namun, secara umum saya melihat banyak blogger pasti akan mengalami 3 fase siklus ini. Apa saja 3 fasa siklus tersebut? Mari akan kita bahas bersama-sama.
Kalau saya melihat tingkatan blogger dari aspek perilakunya dalam menulis, setidaknya saya menyimpulkan ada 3 tingkatan fase siklus yang dialami oleh seorang blogger.
1. Blogger yang belum mahir menulis
Fase ini akan dialami oleh blogger yang baru belajar ngeblog dan menulis sehingga biasanya sang blogger lebih suka melakukan copas artikel orang lain ketimbang menulis sendiri. Selain karena alasan malas menulis sendiri, juga karena bloggernya memang belum cukup PeDe untuk menciptakan tulisan sendiri. Ciri-cirinya, pertama blognya biasanya belum secara rutin diupdate. Kedua, tulisan-tulisannya lebih banyak dipenuhi hasil copasan dari blog lain ketimbang hasil karyanya sendiri. Bahkan yang lebih jauh dan gila pakai agregator atau auto content untuk nyedot content dari RSS blog lain.
2. Blogger yang sudah mulai pintar menulis
Pada fase kedua ini blogger boleh dikata sudah mulai lebih produktif dengan ajeg atau rutin menulis di blog. Tulisannya mulai banyak dan hampir setiap hari bloggernya akan melakukan update posting di blog. Ciri-ciri lain, blogger fase ini sangat menghargai karyanya. Dia menganggap proses menulis itu bukan sebuah perkara mudah sehingga akan berusaha untuk menghalang-halangi tulisan di blognya agar tidak dengan mudah dicopas oleh blogger lain. Dia akan berteriak kalau mendapati tulisannya dicopas oleh blogger lain. Dan dia memang masih punya cukup waktu untuk mengurusi hal-hal yang seperti itu.
3. Blogger yang sudah sangat mahir dalam menulis
Karena pada fase ini blogger sudah mahir atau expert menulis maka produk tulisan blogger fase ketiga ini bisa dibilang sudah masuk ciri tulisan berkualitas. Sang blogger sudah memiliki banyak stock ide yang tak akan habis-habis digali untuk ditulis kedalam blognya.
Ciri-ciri blogger yang sudah berada di fase ketiga ini seperti apa? Yang jelas tulisannya sudah sangat banyak. Mencapai lebih dari ratusan posting, menyebar di banyak situs lain dan banyak blog yang dimilikinya. Intinya, satu blog sudah tidak cukup untuk menampung banyaknya ide-ide yang dimiliki oleh sang bloggernya.
Hal yang membedakan fase ketiga ini dengan fase kedua adalah bloggernya sudah tidak ambil pusing lagi untuk melindungi tulisan blognya apakah nanti dicopas oleh orang lain apa tidak. Dia tak cukup punya waktu untuk mengurusi dan meributkan hal itu. Waktunya lebih berharga diluangkan untuk menulis dan terus menulis.
Pada fase ketiga ini boleh dibilang pekerjaan menulis bukan lagi sebagai sekedar sebuah hobi tapi sudah menjadi kebutuhan bloggernya, sama seperti kebutuhan makan dan minum bahkan beberapa diantaranya sebagai pekerjaan bagi si penulis atau bloggernya.
Itulah setidaknya kesimpulan saya tentang 3 Fase Siklus Menulis Yang Dialami Oleh Seorang Blogger. Sekali lagi, ini hanya opini saya. Anda pun tak perlu repot-repot memikirkan dan bertanya ke saya, saya berada di fase siklus yang mana? Karena sekali lagi fase ini tidak mutlak. Selalu saja ada blogger yang tak bisa terdefinisikan dengan baik dalam ketiga fase siklus ini. Contohnya, barangkali siapa tahu itu diri Anda.
Pertanyaan saya di akhir tulisan ini, jika misalnya Anda masih bisa terdefinisikan, kalau begitu Anda berada di fase yang mana?
Sumber Foto: Writing
Kalau saya sepertinya di fase kedua deh. Saya merasa mulai pintar menulis, tapi gak pinter2 amat. Namanya juga merasa. Pede dikit boleh dong, ya?
BalasHapusTapi soal copas itu. Saya rasa, blogger fase satu maupun sampe tiga harusnya menghargai hak cipta orang lain, meskipun itu hanya tulisan di blog. Dan selayaknya sih kita semua mengkampanyekan anti tulisan copas yang seenak jidat ini tanpa mencantumkan sumbernya.
Mungkin memang tidak semua orang punya waktu untuk mengurusi tulisannya dicopas sembarangan orang lain atau tidak. Tapi, saya rasa ketika seseorang tahu hasil jerih payah dicatut begitu saja oleh orang lain tanpa mencantumkan sumber aslinya, pasti nuraninya akan berontak.
Masalahnya bukan pada mau mengurusi atau tidak mengurusi tulisannya dicopas atau tidak, tapi lebih pada menanamkan anti tulisan copas. No copy paste. Better you write rubbish than you copy paste others' masterpiece work.
Ng... njelimet ya? Maaf deh. Hehehe...
saya masih yang nomer satu mas :(
BalasHapusmasih perlu berbenah di sana/sini :(
Kalau memang bener2 kopas terus artikelnya itu dibilang Blogger apa ya?
BalasHapusKimi:
BalasHapusFase 2? Itu jawaban dengan pilihan paling aman. He He. Sama saya juga masih berada di posisi 2, lagi mau bergerak ke posisi 3 (mudah-mudahan).
Masalah copas, jujur saya pun iya tidak rela, Mbak Kimi. Tapi saya mesti memilah dulu. Kalau yang copas itu ternyata blogger newbie yang baru belajar nulis dan ngeblog saya bisa maklumi. Itung-itung aja anggap amal dan juga kalau mau flasback dulu saya pun juga pernah copas.
Tapi kalau yang melakukan copas itu blogger Master, terlebih copas model auto content dan buat cari duit maka akan saya tegur.
Masjid Kita:
Nomor 1. Yang penting tidak suka copas aja.
Sebuah Tips:
Ya, blogger copas, artikelnya disebut artikel copas juga. :D
Kalau saya masih berada di nomor 2 Pak. Emang kenyataannya begitu kok. Soalnya sebagian tulisan saya masih ada yang agak aneh dari sisi tata bahasa maupun rangkaian antar kalimatnya.
BalasHapusBlog saya juga cuma 2. Tapi total tulisan/posting yang sudah saya hasilkan ratusan juga sih..he..he..
Itu belum termasuk ratusan tulisan yang pernah saya publikasikan di sebuah situs komunitas konsumen beberapa tahun silam. Waktu itu saya belum jadi blogger dan masih aktif menulis di situs konsumen tersebut.
Setelah situs tersebut tutup karena salam manajemen, barulah saya hijrah ke dunia blogging sampai sekarang (sejak September 2008).
keinginan semua blogger pasti sama,bisa melewati semua fase...tapi step by step ajalah...
BalasHapusdan setelah melewati semua siklus di atas,semua akan menuju ke fase antiklimaks..
libido menulis akan turun..
dan untuk menaikkan libido akan sulit,karena tidak ada penjual jamu kuat libido menulis,..
itulah bagian tersulit dari semua fase di atas mas,menjaga agar kita tidak antiklimaks dalam menulis...
iskandaria:
BalasHapusSejak September 2008, Mas Is? Itu berarti sepantaran dengan saya. Tak beda jauh dengan umur atau lahirnya blog ini (lahir 15 November 2008).
Meski blog ini adalah blog paling bungsu saya tapi tenaga dan pikiran saya banyak tercurah untuk menulis di blog ini. Blog saya yang lain-lainya itu hanya sisa waktu belajar ngeblog dulu dan kini mulai saya tinggalkan.
widodo:
Di belakang kata fase saya sertakan kata Siklus. Artinya, kalau berbicara siklus pasti ujungnya bisa berputar, Mas Widodo. Berputar kembali ke fase nol lagi. Terima kasih poin tambahannya. Ini belum saya singgung samasekali di artikel ini.
Saya berharap mudah-mudahan kita tidak melewati fase 0 (anti klimak) tersebut. Kecuali, kalau maut sudah menjemput nanti, atau ada kegiatan lain yang lebih mulia dari hanya sekedar ngeblog.
Kalau saya belum mahir dan masih butuh tahap selanjutnya, mungkin karena waktu yang tidak leluasa. Tapi kalu kopas maaf saya tidak sering melakukannya, hanya yang ilmu pasti saja, seperti 1+1=2 ga mungkin kan 1+1=10.
BalasHapusKalau opini masih di kopas kebangetan namannya, lain halnya ilmu pasti dengan penemuan sendiri, misalkan membuat 100 kolom di dalam template atau menghack situs barack obama.
Maunya sih saya menganggap diri sebagai nomor 3, tapi pasti bakal banyak yang protes. :)
BalasHapusSeandainya punya lebih banyak waktu luang dan tidak bermalas-malasan, pasti tulisan saya lebih banyak lagi.
Untuk masalah copy paste, hingga sekarang saya masih terus terpikirkan tentang itu. Beberapa hari lalu ada blog, tagnya saja "Baca, Salin, Tempel," yang copy paste salah satu tutorial saya. Lewat kolom komentar, langsung saja saya maki-maki.
saya nggak copas, saya juga kadang bisa punya banyak ide, bisa juga kering kerontang, bisa aja satu harian menulis sampai lima artikel, pernah juga berminggu2 lupa kalo punya blog...
BalasHapusuntuk yang suka copas tuh namanya bukan blogger mas, saya punya istilah baru lebih mantep
copy-paster (entah ada atau enggak nih dalam bahasa enggeres)
eh iya, seperti dejavu.. perasaan kemaren mas pernah bilang sama sayah seperti ini deh.. tapi nggak sepanjang ini sih...
buat semua blogger
you are a writer, not a copy-paster... hehhehe
semangat terus blogger...
mohon kritik dan sarannya, saya blogger baru nih, kalo belajar nulisnya sejak jaman esde...
jadi maklum aja kalo bahasanya suka tabrak sana-sini
anak betawi:
BalasHapusKalau yang ilmu pasti kita sama-sama tahu dan setuju itu bukan copas. Ini kasusnya pada artikel yang salah satunya berupa opini itu.
Jeprie:
Kenapa harus ada yang protes? Lha, kenyataannya, kan gitu. Mas Jeprie memang sudah penulis, karya-karyanya sudah bertebaran dimana-mana, baik yang cetak maupun di internet. Artinya, Mas Jeprie sudah layak berada di fase 3.
Rohani syawaliah:
Mbak Hani sangat jeli. Iya pokok-pokok pikiran tulisan ini pernah saya tinggalkan dalam komentar di artikel Mbak Hani yang bahas tentang copas itu (You are a writer, not a copy-paster). Nah, artikel ini penjabaran panjangnya
tadinya saya juga bingung mau menuliskan sesuatu di blog karena merasa belum mampu nulis, tapi banyak rekan yang memberikan arahan, wejangan, postingan yang bisa memberi semangat menulis akhirnya muncul juga tulisan walo masih amburadul, yang penting semangat kan mas!
BalasHapusmas-tony:
BalasHapusYa betul, Mas Tony. Yang penting semangat untuk terus menulis.
Numpang Mampir Ngombe
BalasHapusSayalah orang yang tidak terdefinisikan itu Pak..hehehe..Seandainya ada fase sebelum No.1.. disanalah tempat saya..karna pada tahapan ini saya hanya baru mengerti tentang apa itu blog.. jadi belum sampai pada fase bagaimana menulis blog yang baik dan benar..
kalo sekarang ini mungkin saya berada di tengah2 fase 1 dan 2. engga kebayang kalo ada di fase ke 3 hehe mungkin itu udah jadi fulltime blogger kali ya? :p
BalasHapustonykoes:
BalasHapusMonggo pinarak, Mas Tonykoes. Jangan terlalu merendahkan diri begitu. Fase sebelum 1 itu artinya 0. Itu artinya blogger yang berada di dalam fase anti klimak atau baru mau jalan ngeblog. Saya lihat blog Anda (maaf, saya ndak nemukan tempat arsip) sudah tidak seperti itu lagi.
andi sakab:
Mas Andi saya lihat sepertinya punya lebih dari satu blog. Itu artinya tak layak merendahkan diri dengan berada di fase antara 1 dan 2. Bukan begitu, Mas? :D
wah kalo saya yang penting nulis deh, biarpun blm pinter juga.. haha.. kalo soal copas ya serahin aja ke moral masing2..
BalasHapusAsyiknya sih ada di fase 3 :D
BalasHapusYup, fase2 di atas bisa jadi rangkuman siklus satu arah seorang blogger, yang sebelumnya memang bukan penulis offline. Dan semestinya di kampung blogger kita harus saling mendukung satu sama lain, dimanapun fase yang tengah dijalani oleh masing2 blogger. Setuju?
Blogger Ceria:
BalasHapusBiasanya kalau orangnya bermoral pasti ndak mau sembarangan copas. Betul?
Darin:
Blogger yang saya ceritakan ini bukan jenis blogger seperti Dee yang sebelum ngeblog memang penulis duluan, Mas Darin. :D
Ya, setuju kita harus saling dukung.
Baiklah Pak Joko... Dengan adanya tulisan ini dan berbagai tanggapan yang ada.. telah memberikan saya sebuah pencerahan dan detonator untuk meledakkan semangat saya...tks
BalasHapusya
BalasHapusemank sdikit berbeda kk antara fase pnulis online dan ofline.
ya tergantung bagaimana pola pikir kita :D
tonykoes:
BalasHapusSaya rasa itu lebih baik, Mas. Terima kasih sudah mampir kembali.
aciid !!!!:
Ya, sedikit berbeda. Tapi pada intinya sebetulnya sama, kesulitan menulis dan budaya copas, contoh pada penyusun buku (penulis offline) rata-rata akan dialami semua penulis.
Saya kayaknya berada di fase 1.5. Hampir semua tulisan blog saya kelihatan bukan copy-paste tapi keyataannya adalah copy-paste.
BalasHapusSaya tidak suka beropini. Tekadang saya menulis sebuah opini tapi kemudian saya bertanya, apakah ini original? Setelah tulisannya udah jadi dan dibaca lagi, pertanyaan pun muncul: Kenapa apa yang sangat tulis ini kedengaran begitu familiar? Saya baca/dengar dimana ya sebelumnya? Karena itu, saya lebih senang yang pasti2 aja.
Percayakah anda, ada sebuah blog yang bisa dikatakan satu genre dengan blog saya mencantumkan copyright di setiap postingannya. Nama blognya Koeran Anak Indonesia, alamatnya di http://mediaanakindonesia.wordpress.com.
Saya kayaknya berada di fase 1.5. Hampir semua tulisan blog saya kelihatan bukan copy-paste tapi keyataannya adalah copy-paste.
BalasHapusSaya tidak suka beropini. Tekadang saya menulis sebuah opini tapi kemudian saya bertanya, apakah ini original? Setelah tulisannya udah jadi dan dibaca lagi, pertanyaan pun muncul: Kenapa apa yang sangat tulis ini kedengaran begitu familiar? Saya baca/dengar dimana ya sebelumnya? Karena itu, saya lebih senang yang pasti2 aja.
Percayakah anda, ada sebuah blog yang bisa dikatakan satu genre dengan blog saya mencantumkan copyright di setiap postingannya. Nama blognya Koeran Anak Indonesia, alamatnya di http://mediaanakindonesia.wordpress.com.
imroee>:
BalasHapusMas Imroee, tentang masalah tulisan copy paste dan masalah copyright lebih baik saya tidak teruskan lagi diskusinya. Ini area sensitif. Dan saya menganggap jika ada yang bertanya sebetulnya itu adalah sebuah pertanyaan retoris karena saya yakin sebagian besar blogger sudah pada tahu definisnya mana tulisan yang copas dan mana yang bukan.
tulisan anda luar biasa....
BalasHapusmenggugah saya untuk mulai ngeblog...
Saya baru nge-blog kurang dari satu bulan dan saya masih berada dalam fase satu, makanya saya sering-sering berkunjung ke situs-situs yang berbobot seperti diptara ini.
BalasHapusMemang, menulis itu tidaklah mudah meskipun ide sudah begitu hebatnya tapi pada saat akan dituangkan ke dalam bentuk tuylisan, langsung blaaaaaank :)
Mudah-mudahan dengan seringnya membaca artikel di diptara kemampuan menulis saya akan semakin meningkat.
Terima kasih Diptara.
Olay:
BalasHapusTerima kasih sudah menjadikan blog saya sebagai referensi bacaan. Sama, saya juga masih belajar untuk meningkatkan kemampuan menulis saya. Mari kita sama-sama belajar, Mas :)