Ini mungkin pengalaman pertama kali saya membalas (reply) tweets seorang tokoh penting. Biasanya saya cuma jadi pendengar yang baik buat kicauan-kicauan mereka di Twitter. Tapi untuk kali ini tidak. Saya terusik, seperti tersengat listrik saja saat begitu mendengar ada kata-kata Lumpur Lapindo disebut-sebut dalam tweet seseorang di Twitter. Dan tokoh yang menyebut Lumpur Lapindo itu adalah salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di negeri ini. Seorang sastrawan, seniman, wartawan, juga kolumnis yang keberadaanya benar-benar mulai langka ada di negeri ini. Mengapa? Karena sikap idealis sang tokoh ini yang tetap kokoh memegang prinsip, tidak tergerus oleh jaman yang membuat orang mudah dibeli karena iming-iming uang.
Siapa tokoh penting itu? Tokoh itu adalah salah satu tokoh terkenal yang populer dengan Catatan Pinggir-nya di kolom majalah Tempo, yang sekaligus adalah salah satu orang pendiri dari majalah itu. Ya, dia adalah Goenawan Mohamad. Sang sastrawan yang saya ikuti di Twitter.
Lantas pengalaman dahsyat apa yang saya alami ngetweet di Twitter dengan Goenawan Mohamad? Silahkan Anda lihat hasil capture Twitter saya di bawah ini.
Peristiwa dahsyat itu terjadi tepatnya kemarin malam, pada hari Jumat, 10 Desember 2010 sekitar pukul 18:30 WIB saya membalas tweet Goenawan Mohamad. Dan saya tak menyangka ternyata tweet saya sukses menarik simpati Gonawan Mohamad sehingga menyebabkan tokoh itu me-Retweet reply dari saya. Anda tahu berapa follower Goenawan Mohamad? Sebanyak 41.533 orang pengikut.
Hem, memang angka segitu masih belum terlalu besar, sih kalau pembandingnya adalah artis terkenal atau pejabat publik yang jumlah followernya bisa mencapai jutaan. Tapi Anda harus ingat, artis dan pejabat adalah orang yang royal duit. Bisa aja mereka memang membeli simpatisan follower pakai uang mereka. Ingin bukti? Baca tulisan saya yang ini "Inilah 7 Contoh Pengemis Nggilani Yang Banyak Bergentayangan di Facebook dan Internet."
Bagi yang belum familiar apa itu Twitter, saya perlu jelaskan sedikit, dengan tweet saya sudah di-Retweet Goenawan Mohamad sama saja saya seperti berteriak menggunakan megaphone dengan amat keras lalu teriakan saya itu didengarkan oleh 41.533 follower Goenawan Mohamad yang ada di akun Twitternya. Dan bukan hanya itu sempat saya hitung lewat Mentions Twitter saya, ada sebanyak enam kali teriakan tweet melakukan Retweet ulang tweet saya.
Apa itu tidak dahsyat untuk ukuran saya, yang hanya orang biasa-biasa saja tak seterkenal seperti Luna Maya yang dulu juga sempat sukses memerahkan telinga para awak media infotainment lewat Twitter gara-gara makian pelacurnya kepada wartawan infotainment?
Terlepas ini dahsyat apa tidak, paling tidak ada puluhan ribu pasang kuping mendengarkan atau puluhan ribu pasang mata memelototi Timeline tweet dari saya. Saya tidak tahu persis apakah salah satu diantara follower Goenawan Mohamad ada Aburizal Bakrie di sana. Tetapi, seandainya tidak ada pun saya yakin tetap ada salah satu antek-anteknya ada yang turut mendengarkan tweet saya. Meski katakanlah saya tidak berhasil mengingatkan Aburizal Bakrie untuk menyelesaikan tanggung jawabnya mengganti rugi saudara-saudara saya di Sidoarjo, termasuk saya. Dengan berteriak dan sudah didengar dan membuat kuping mereka panas, itu sudah lebih dari cukup buat saya. Biar mereka tidak dengan enak-enakan tidur nyenyak menelantarkan nasib kami yang sudah selama empat tahun ini digantung nasibnya.
Pertanyaan saya buat Anda apakah Anda juga pernah punya pengalaman menarik di Twitter? Monggo boleh, kok disharing dengan saya.
Sumber Foto: PR-Megaphone
Postingan saya yang terakhir, Karyaku Diakui Bukan Milikku, mendapat komentar yang banyak sekali dalam enam jam sesudah publish. Itu tidak seperti biasanya. Ternyata satu jam sesudah posting itu di-update di Twitter saya, teman saya membacanya dan segera me-retweet link-nya. Akibatnya link atas posting itu diklik banyak orang sehingga traffic posting saya melonjak. Saya mendapatkan banyak sekali komentator baru, dan senang mendengar share saya di blog dibaca orang-orang yang belum pernah membaca blog saya sebelumnya.
BalasHapusVicky Laurentina:
BalasHapusSaya jadi terpancing untuk melongok kembali ke artikel Mbak Vicky itu. Benar sekali, saya lihat saat ini sudah ada sampai 51 comment masuk ke sana.
Terima kasih, pengalaman Mbak Vicky itu bisa menguatkan opini saya ini, sekaligus membuktikan betapa dahsyatnya corong Twitter buat berteriak.
Saya belum pernah punya pengalaman yang dahsyat dari twitter, karena juga belum memaximalkan corong twitter yang bilangnya dahsyat ini, dan paling tidak membaca pengalaman dari mas Joko saya punya gambaran bahwa sudah saatnya untuk bisa menambah follower sebanyak-banyaknya agar nantinya bisa sebagai sarana doorway page blog kan lumayan buat tambahan traffic, seperti pengalaman mbak Vicky Laurentina.
BalasHapusPasa kesempatan ini saya ikutan prihatin ternyata mas Joko dan keluarganya masih punya seberkas goresan luka karena dampak lumpur lapindo, mudah-mudahan cepat beres mas, dan sekarang di Jogya di kejar wedus gembel? tapi masih beruntung tidak separah owner RB yang terkena dampak dari letusan merapi.
Kalau saya belum pernah punya pengalaman dahsyat seperti mas Joko, karena juga belum memaximalkan account twitterku,
BalasHapusdan membaca pengalaman dari mas Joko saya jadi tertarik untuk berupaya menambah follower di twitterku @mr49us, karena berpotensi juga sebagai sarana doorway page buat traffic blog seperti yang di ungkapkan mbak Vicky Laurentina.
Bersama ini pula saya ikutan prihatin karena mas Joko masih punya goresan luka akibat dampak lumpur lapindo.
saya sama dengan yang lain belum punya pengalaman dahsyat di twitter.
BalasHapusTapi semoga retweet dari Goenawan Mohamad mendapat tanggapan yang sangat serius sehingga mereka pada ngeh. syukur-syukur naik ke permukaan media cetak dan televisi. :)
kunjungan balik pak. Kalau saya masih newbi untuk urusan dunia maya, jadi belum bisa apa-apa pak.
BalasHapusAgus BF:
BalasHapusYa Mas Lintang rumahnya rusak terkena awan panas Merapi, Mas Agus. Kasihan! Sekarang harus pindah dari Jogja memulai kehidupan baru ke kota lain. Tapi saya lihat dia cukup tabah menerima musibah itu dan masih bisa ketawa-ketawa saat nelpon saya beberapa hari yang lalu.
Terima kasih atas simpatinya, Mas Agus. Ya, habis dikejar Lumpur Lapindo di Sidoarjo sekarang dikejar Wedus Gembel di Jogja. :D
Andi Sakab:
Semoga aja, Mas Andi meskipun saya rada pesimis karena berita Lumpur Lapindo sudah sangat basi untuk diberitakan.
Irmawaty:
Sama-sama, Mbak Irma. Terima kasih juga sudah mampir ke blog saya.
menyenangkan sekali ya mas bisa dianggap oleh seorang yang memiliki hati nurani dan dia dengan senang hati telah mencoba menyampaikan aspirasi mas joko. saya nggak tahu mas joko satu di antara banyak orang yang kecewa dengan penanganan kasus lumpur lapindo...
BalasHapusmereka harus ingat satu hal, kalo mereka nggak menyelesaikannya di dunia, Allah yang akan menjadi hakimnya di akhirat...
cara memasukkan capture seperti itu bagaimana ya mas? soalnya saya masih nggak pernah bisa melakukannya... kalo bisa diajarin saya makasih banget loh...
BalasHapusKalau di Twitter yang penting adalah siap yang kita follow, bukan jumllah follower kita.
BalasHapusSaya banyak belajar informasi baru dari twitter. Bahkan artikel Link Minggu Ini yang saya tulis tiap minggu itu hampir semuanya saya peroleh dari twitter.
Rohani Syawaliah:
BalasHapus#Ya, betul. Saya termasuk salah satu orang (korban) yang dikecewakan tersebut, Mbak Hani.
#Mudah, kok Mbak Hani. Tinggal pakai tombol keyboard PrtSc (Print Screen) dari komputer kita. Caranya, siapkan gambar atau halaman web yang akan dicapture sampai terbuka di window. Setelah itu tekan PrtSc. Buka aplikasi Paint atau aplikasi semacam IrfanView lalu pilih Edit terus Paste maka gambarnya akan pindah ke sana dan tinggal dipermak.
Jeprie:
Kalau urusannya untuk cari informasi, betul Mas Jeprie. Saya juga selektif dalam memelih siapa yang akan saya follow.
Kalau masalah follower, penting juga, sih sekedar untuk bukti kalau kita da eksis. Siapa yang ndak senang kalau ada ribuan orang misalnya mau ngikuti saya di twitter. :D