Selasa, 03 Mei 2011
PLN Tersorot, Dahlan Iskan, dan Amplop
Pernah membaca puisi seperti ini dipajang di kantor PLN? PLN Tersorot! Puisi yang awalnya ditulis oleh Dahlan Iskan sebagai memo di internal PLN ini akhirnya kini menjadi jargon komitmen PLN. Di awal tahun 2010 sempat pernah dimuat di Harian Kontan dan Kompas. Dan kini menyebar dan dipajang di seluruh kantor PLN di seluruh Indonesia. Saya sendiri sempat melihat dan memotretnya di kantor PLN Kalasan Yogyakarta.
PLN Tersorot!
Tidak semua sorotan yang dialamatkan kepada kita, warga PLN, adalah benar.
Banyak juga yang hanya emosional.
Tapi itulah kenyataannya.
Kenyataan dunia modern saat ini.
Yang disebut juga zaman marketing.
Persepsi segala-galanya.
Persepsi sering mengalahkan fakta.
Tidak ada gunanya bantahan lisan.
Tak ada gunanya marah.
Tidak ada jalan lain.
Kita harus kalahkan persepsi itu.
Dengan tekad baru kita.
Kita nyalakan Indonesia seluruhnya.
Kita senyumkan konsumen secepatnya.
Dengan tekad baru.
Semangat baru.
Cara baru
Bebaskan Indonesia dari kegelapan Bebaskan konsumen dari keluhan.
Bebaskan warga PLN dari cap yang hina ini.
Cap sebagai perusahaan yang selalu rugi Cap sebagai pengemis subsidi.
Penghisap uang negeri.
Tahun 2010 kita mulai sepenuh hati
Tahun 2013 kita akhiri penderitaan ini.
Dan satu hal yang menurut saya juga cukup menarik adalah beberapa langkah berani setelah itu yang telah diambil oleh Dahlan Iskan dalam membuat terobosannya demi membebaskan PLN dari banyaknya tuduhan-tuduhan miring (negatif) sebagaimana umumnya cap melekat yang banyak disandang oleh perusahaan plat merah bernama BUMN. Sarang korupsi!
Berikut saya berikan kutipan kata-kata Dahlan Iskan yang pernah dimuat di Harian Kontan:
Inilah puisi berjudul “PLN Tersorot!” yang saya tulis di bulan pertama saya menjadi CEO PLN Januari 2010 lalu. Puisi tersebut kini sudah berubah menjadi poster yang dipasang di seluruh kantor unit PLN di seluruh Indonesia. Inilah puisi yang kemudian menggerakkan tekad baru karyawan PLN.
Misalnya, tekad membersihkan diri dari citra sarang korupsi. Inilah citra negatif yang paling sulit dihapus dari benak masyarakat. Ketidak percayaan masyarakat sudah demikian dalamnya. Karena itu, pidato dan slogan saja sudah tidak memadai. Harus ada action nyata untuk melawannya.
Itu sebabnya direksi baru PLN datang ke KPK untuk mendeklarasikan diri anti korupsi. Kami minta KPK mengawasi pengadaan barang dan jasa di PLN yang bernilai triliunan rupiah.
PLN juga melibatkan PBKP memproses transaksi yang sensitif. Misalnya, transaksi seluruh listrik swasta (IPP) terkendala. PLN juga menempuh cara baru dalam tender. Selain mengubah sistem tender PLN juga melibatkan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah). Setiap dokumen tender yang berpotensi menimbulkan persoalan dikonsultasikan ke LKPP. Jangan sampai ada dokumen tender yang di dalamnya mengandung kecenderungan memenangkan salah satu pihak.
PLN masih ingin telanjang lebih bulat lagi. Awal Juni 2010, PLN menjalin hubungan khusus dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bentuknya sangat mengejutkan: BPK bisa mengakses komputer keuangan PLN secara live atau real time. BPK bisa masuk ke komputer PLN secara otomatis sampai ke komputer keuangan yang paling rinci. PLN menjadi BUMN pertama di Indonesia yang menempuh cara ini.
Konsekuensinya, proses keuangan di PLN harus benar-benar telanjang.
Memang, kelihatannya upaya-upaya tersebut berlebihan. Tapi saya berkeyakinan, untuk melawan sesuatu yang sudah sangat parah harus dengan cara extra ordinary. Cara biasa-biasa saja tak memadai untuk meyakinkan masyarakat yang tingkat ketidakpercayaanya pada PLN sudah demikian dalamnya.
Puisi itu dan langkah-langkah konkrit di bidang pengadaan dan keuangan juga penting mengubah citra di internal PLN sendiri. Dengan langkah-langkah itu, sebagian karyawan PLN yang selama ini muak dengan praktik korupsi di PLN mendapat angin segar. Lalu membuat gelombang dari dalam yang lebih kuat untuk melakukan perbaikan. Misalnya, dalam menyukseskan program melawan pemadaman bergilir di seluruh Indonesia itu.
Semula kalangan PLN pesimistis mampu mengatasi pemadaman bergilir di seluruh wilayah Indonesia yang sudah demikian parahnya. Tapi dengan semangat baru, ternyata bisa. Kini tinggal Pulau Lombok yang belum beres. Di kota-kota lain, upaya melawan pemadaman bergilir sudah berhasil. Listrik cukup tersedia di semua wilayah, meski baru pas-pasan. Lombok juga akan beres akhir Juni ini.
Kini kepercayaan itu mulai muncul. Setidaknya di kalangan interen PLN.
Akh, saya tidak pesimistis apalagi sampai berapriori dengan langkah Dahlan Iskan ini meski prakteknya saya melihat langkah ini tak mudah diikuti oleh semua jajaran pegawai PLN di tingkat bawahannya sampai yang di daerah-daerah. Mengapa? Coba baca salah satu kejadian yang dulu pernah menimpa saya sewaktu mengurus naik daya di PLN Yogyakarta ini. Baca “Gila, Sejak Kapan di PLN Ada Tawar Menawar?”
Dan contoh yang kedua, yang ini masih hangat saya ambil dari kejadian kemarin di hari Sabtu malam tanggal 30 April 2011, ada kerusakan jaringan di salah satu toko tempat saya bekerja tetapi para pegawai PLN dengan santainya karena alasan libur membiarkan kerusakan jaringan 20 kV ngepong yang sebetulnya amat berbahaya, tapi dibiarkan terkatung-katung lama sampai baru hari Senin kemarin siang selesai diperbaiki.
Ya, prakteknya saya melihat ada kemalasan dari petugas di lapangan dalam menangani complain dari pelanggannya karena sebagaimana himbauan PLN kami tak boleh memberi uang tip buat anak buahnya di lapangan. Dulu sewaktu mereka masih dibolehkan menerima amplop mereka dengan sigapnya datang dan mengatasi gangguan yang kami laporkan.
Terakhir harapan saya, sebagai pelanggan saya hanya bisa berharap semoga PLN terus berbenah menjadi lebih baik sesuai dengan komitmennya.
Labels:
Dahlan Iskan,
Opini,
PLN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
eh Pulau Lombok disebut2, heee.
BalasHapustapi pemadaman di Lombok memang lumayan parah. Kemarin pemadamannya sempat berhenti, sewaktu Bupatinya baru naik. Tapi lama-lama pemadaman dilakukan lagi, hehehe.
well, mari dukung PLN berbenah. Paling ga mulai dengan membangun kepercayaan kembali ke PLN. :)
Apa ya istilah, mungkin saya kadung tidak percaya sama PLN, tapi tidak ada pilihan lain, duh...
BalasHapusHuda Tula:
BalasHapusPulau Lombok daerah asal Mas Huda, ya? Ya, saya baru tahu juga malah disana lebih parah pemadamannya.
Mari, kita dukung, Mas Huda. :)
Cahya:
Kalau melihat langkah2 terobosan yang sudah dilakukan oleh Dahlan Iskan sepatutnya kita mulai menaruh kepercayaan kembali kepada PLN, Mas Cahya. Tapi di sisi lain kita juga harus mengawasiya.
meskipun di tingkat operasional masih sulit untuk merasakan perbaikan performa PLN, akan tetapi saya termasuk orang yang nge-fan sama dahlan iskan
BalasHapussaya mengikuti ceo note DI yang dikumpulkan oleh teman saya, mas pramudya, di sini http://dahlaniskan.wordpress.com
Ya, namanya juga Indonesia. Kalau mau jujur, harus bener-bener, jangan sekadar ngomong. Apalagi, sekarang semua sibuk pencitraan diri, dari presiden, DPR, sampai polisi. Kalau cuma ngomong nanti dianggapnya sama-sama pencitraan.
BalasHapusSecara personal, Dahlan Iskan memang terkenal sebagai pribadi hebat yang pintar. Tapi ketika dia di-drop di PLN yang sudah sedemikian parahnya, saya tetap saja ragu, bahkan pesimis. Untuk benar-benar membenahi PLN yang sudah begitu bobrok, sepertinya satu Dahlan Iskan saja tidak cukup.
BalasHapusYah, saya ragu seperti yang dibilang Mas Jepri di atas, jangan-jangan semua ini hanya urusan pencitraan.
yaah... di Bintan masih sering pemadaman listrik tuh... Katanya mesinnya nggak kuat. Emang sering bikin jengkel tuh PLN. Adaaa...aja alasannya kalo listrik padam. Semoga mereka berhasil berbenah diri. Niat baik harus didukung ya Mas?
BalasHapusSaya sampai merinding membaca puisi tersebut bro... Semoga saja apa isi puisi tersebut (apalagi baris terakhir) bisa direlaisasikan sesuai dengan target
BalasHapusDari dulu saya paling benci melihat PLN. Kalau pemeriksaan sibuk, yang mencuri selesai ditempat. Alhasil pencurian bisa diselesaikan dengan biaya murah dan beban daya semakin bertambah!
BalasHapusSemangat Dahlan Is Khan (ceritanya saudaranya Shak Ruk Khan, hehehhe) belum sampai ke lini paling bawah..
BalasHapusSemoga 2013 seluruh menejemen PLN mengamalkan puisi itu..
amin
Jarwadi:
BalasHapusSaya juga suka dengan tulisan-tulisan Dahlan Iskan di Jawa Pos. Terakhir saya amat terkesan dengan bukunya yang menceritakan operasi cangkok Hati yang katanya seharga Mercedes itu.
Jeprie:
Mari kita sama-sama lihat apakah puisi itu nanti jadi kenyataan di 2013 apa tidak, Mas Jeprie. Dan korupsi di tubuh PLN sebagaimana komitmen dari Dahlan Iskan itu benar-benar menghilang dari PLN.
Hoeda Manis:
Sama, Mas secara personal saya pun kagum dengan Dahlan Iskan. Sebetulnya dia sosok hebat dan yang tepat untuk bisa membenahi kebobrokan yang ada di tubuh PLN. Ya, kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya. Semoga Dahlan Iskan berhasil!
DewiFatma:
Ya, niat baik patut didukung, Mbak Dewi. Semoga PLN menjadi lebih baik.
bro eser:
Baris terakhir? Yang 2013 itu? Ya, semoga, Bro pada 2013 PLN berhasil menyalakan listrik di seluruh Indonesia.
Kaget:
Maksudnya OPAL, ya? Setahu saya kalau yang nangani pencurian listrik katanya pakai outsourcing.
giewahyudi:
Mungkin karena sudah terlalu mengakar sehingga saat ini masih menyentuh level atas dulu, belum sampai ke bawah. Kita tunggu saja sampai 2013 nanti, Mas. Semoga PLN bisa berbenah menjadi lebih baik.
Berkunjung mas, salam kenal dari Blogger Newbie :D
BalasHapusmasih banyak BUMN laen yang lebih parah dari PLN kok kurasa :)
BalasHapusbut anyway, tetep berharap lebih baik ke depan
ayo PLN, jangan sampai ada mati lampu bergilir lagi....
BalasHapusMisterXWebz:
BalasHapusSalam kenal dan selamat datang kembali, Mister. :)
Sriyono Semarang:
Ya, kita sama-sama berharap, Mas agar PLN menjadi lebih baik kedepan, termasuk perusahaan2 BUMN lainnya.
choirul:
Ayo, Mas. Semoga pemadaman semakin berkurang.
Saya heran dengan perusahaan listrik negara itu, Sudah tau listrik adalah kebutuhan primer tapi masih saja dikelola alakadarnya. Sama persis seperti soal beras dan kebutuhan pokok lainnya.
BalasHapusKesal dengan PLN membuat saya rindu pada suasana belasan tahun lalu, tidur dikebuh dengan pelita dan jangkrik.hehehe
Apakabar pak. lama tidak mampir kemari..hehe
Bangangangan.com:
BalasHapusListrik memang kebutuhan pokok, Mas jadi seharusnya dikelola lebih profesional. Ya, kita sama-sama berharap semoga PLN semakin membaik kinerjanya.
Wah, saya juga ingat jaman saya SD hingga SMP dulu masih pakai lampu petromaks di rumah. :)
Kabar saya juga baik, Mas.
Ibuku dikenai denda PLN 126 juta, gara2 KWH meter sudah tua, mencatat tidak dengan benar. Katanya itu pelanggaran P2, padahal segel utuh dan baik, cuma terdapat kekurangan pencatatan 12.8% (Hasil pemeriksaan lab). Kesalahan PLN, pelanggan didenda?? Bagaimana Pak Dirut PLN?
BalasHapusjeanneadiwip:
BalasHapusTurut prihatin atas kasus yang menimpah Ibu Anda. Apa tidak bisa mengajukan keberatan ke PLN? Karena kasusnya, kan bukan pencurian itu.