Penulis terkenal saja masih butuh motivasi dari orang lain. Pertanyaannya, bagaimana dengan saya dan Anda yang belum mahir menulis? He He…
Bagi yang belum tahu Hendrik Lim, MBA itu siapa, selain saya sebutkan di muka tadi sebagai penulis dia juga seorang CEO sekaligus owner sebuah perusahaan dan juga seorang akademisi.
Saya sedikit beruntung karena pernah mengikuti acara training motivasinya pertengahan bulan Februari tahun 2011 lalu. Waktu itu Hendrik Lim diundang oleh perusahaan saya untuk jadi pembicara dalam acara Raker nasional perusahaan saya di Tangerang.
Balik ke cerita tentang istrinya Hendrik Lim tadi. Kepada istrinya ia pernah menjanjikan akan memajang foto istrinya di salah satu cover bukunya.
Anda ingin tahu apa reaksi istrinya waktu mendapatkan iming-iming hadiah tersebut? Sangat senang sekali. Ini membuat sang istri selalu menyemangati Hendrik Lim untuk selalu Menulis agar segera menyelesaikan bukunya. Karena, istrinya tak sabar ingin segera melihat fotonya dipajang dalam buku suaminya.
Kemana-mana, saat Hendrik Lim akan pergi istrinya selalu tak lupa untuk selalu mengingatkannya agar jangan sampai lupa membawa laptop biar bisa menulis. Jika kebetulan Hendrik Lim tidak menulis dalam sehari maka istrinya selalu mengingatkannya agar menulis.
Dan akhirnya janji itu telah ditepatinya. Foto istrinya dipajang di salah satu cover bukunya.
Gambar Cover Buku Hendrik Lim yang ada foto istrinya
Kepada sopirnya lain lagi ceritanya. Dia bilang ke sopirnya, daripada dia bengong nungguin dia (Hendrik Lim) saat menunggu waktu mengantar maka diberikan draft bukunya untuk dikoreksi ejaannya.
Apa hadiah yang diberikan Hendrik Lim kepada sopirnya? Hadiahnya adalah dengan mencantumkan nama dia sebagai korektor bukunya. Ternyata, hadiah itu membuat sopirnya sangat berbunga-bunga dan bangga.
Lha, iya siapa, sih yang tak bangga namanya muncul sebagai korektor di sebuah buku seorang penulis dan motivator terkenal?
Sekarang, saya akan cerita pengalaman saya sendiri dalam kaitannya menulis di blog ini. Dulu, waktu tahun pertama dan kedua saya ngeblog istri saya sering protes ke saya. Baginya ngeblog itu hanya perbuatan sia-sia, membuang-buang waktu saja, dan tidak bisa menghasilkan apa-apa.
Kini, setelah tahun ketiga saya menulis di blog dan ternyata bisa menghasilkan uang, dia malah berbalik arah mendukung saya. Jika sehari saja saya tidak ngeblog atau belum menulis dia lah orang pertama yang akan oprak-oprak (mendorong) saya agar menulis.
Nah, kesimpulan dari semua cerita di atas adalah sehebat-hebatnya Anda, Anda tetap butuh support dari orang lain. Termasuk dalam hal menulis. Betul? Ini kesimpulan yang pertama.
Dan kesimpulan kedua, dari cerita Hendrik Lim yang disampaikan ke kami waktu itu kesimpulannya adalah Leadership. Inilah kunci penting kesuksesan sebuah leadership! Inilah cara dahsyat bagaimana menggerakkan orang lain tanpa sadar dengan cara memberikan apa yang menjadi keinginannya.
Kalau Anda seorang pemimpin Anda bisa tiru cara unik Hendrik Lim ini dalam memimpin. Berikan apa yang menjadi keinginan orang lain atau anak buah Anda di satu sisi untuk menyenangkan hatinya, supaya Anda bisa mudah mengerakkan orang tersebut tanpa mereka sadari, sehingga mereka mau menuruti keinginan Anda.
ohh cukup menarik ya mas cara seperti itu... klo saya sih kadang menyuruh pacar saya buat baca tulisan yang sudah saya bikin.. lalu dia mengkoreksi ulang dan menunggu ekspresi apa yang saya dapat ketika saya membuat tulsian dan di nilai pacar saya sendiri :D
BalasHapusboleh juga dicoba...
BalasHapussepertinya selama ini saya ga nulis-nulis (buku) karena tidak ada yang nagih..^^. padahal dari dulu ingin mencoba menerbitkan buku...
tapi pertama-tama harus nyari pacar dulu (biar ada yang nagih), hahahaha
Saya juga untuk saat ini sering dimarahi istri saya bro, apalagi jika sudah duduk berjam-jam dimuka laptop untuk ngeblog... Mudah-mudahan saya juga bisa mendapatkan dukungan dari istri seperti yang bro katakan
BalasHapuswah..selamat mas joko, karena sudah dapat dukungan dari istri. memang orang yang awam soal blog belum tentu akan mendukung kita sepenuh hati bila belum melihat hasilnya, dalam hal ini berupa materi
BalasHapusMotivator saya adalah para komentator saya, dan mereka yang bertanya-tanya kalau saya sudah mulai jarang menulis lagi..
BalasHapussibair:
BalasHapusOh, masih pacaran, toh Mas? Kirain sudah punya istri (berkeluarga). :D
Berarti intinya hampir mirip dengan saya juga, Mas butuh support dari orang lain. Benar?
Huda Tula:
Harus nyari pacar dulu, Mas Huda, biar nanti ada yang menyemangati. :D Jika belum nulis buku, ya minimal buat nulis di blog. Karena kadang-kadang mood menulis itu suka pasang surut sehingga butuh motivasi dari orang lain. Betul?
bro eser:
Berarti tidak saya saja kalau gitu, Bro, yang pernah diprotes oleh keluarga. Dulu anak-anak saya juga, selain istri saya. Tapi setelah mereka tahu dari nulis blog bisa menghasilkan uang dan bisa buat tambahan beli susu dan jajan mereka, mereka akhirnya mendukung saya semua. Hahaha.
Lompo Ulu:
Terima kasih. Ya, benar Mas, faktanya banyak orang yang menganggap begitu. Ngeblog itu hanya buang-buang waktu, tidak bisa menghasilkan apa-apa. Padahal kalau tahu banyak sekali manfaatnya dari ngeblog. Selain dapat uang tentunya.
Vicky Laurentina:
Ya, betul Mbak Vicky. Adanya komentar dari pengunjung blog bisa menyemangati kita untuk terus menulis. Meski komentar sudah bukan tujuan utama saya lagi tapi saya tak mengingkari banyaknya komentar masuk juga punya andil besar memotivasi saya untuk terus menulis (ngeblog).
Menulis adalah suatu kegiatan yang menyenangkan
BalasHapusKalau saya sih independen, Pak..
BalasHapusSemua orang bisa saja menjadi inspirasi menulis tapi enggak mempengaruhi tulisan saya, egois eh..
Gress tenan postingnya mas. Saya sampai sekarang masih blum ada dukungan, malahan kalau tidur sampai larut malam istri malah berkoar koar. Nah, menurut orang lain nulis cuma membuang waktu saya, ngga akan terkenal seperti artis. Tapi, saya tetap jalan terus walaupun ending semua ini akan berakhir NOL.
BalasHapus^_^
Aryo Seno:
BalasHapusBetul, Mas. Mari terus menulis. :)
giewahyudi:
Yang saya tekankan disini lebih kepada support atau dukungannya, Mas. Dari orang terdekat kita. Masalah mempengaruhi atau tidak ke tulisan kita, itu soal lain. Setuju, kalau masalah tulisannya, iya seharusnya independence. Sesekali atau beberapa kali terinspirasi juga boleh kalau menurut saya. Ini wajar dalam iklim tulis-menulis.
Kaget:
Gress? Sebetulnya ini malah posting lama yang kedraft, lupa belum saya publish, Mas. Dulu baru sempat saya tweet saja. Sekarang baru kesempatan untuk mempublikasikannya. Saya yakin, Mas masalah dukungan, contoh dari istri itu tinggal menunggu waktu saja. Kalau nanti bloggingnya sudah menghasilkan, saya yakin istri Mas Anto akan mendukung.
dear pak Joko,
BalasHapusthanks atas budi baiknnya menulis di blog, perihal pengalaman diatas,
saya membaca di catatan pak Joko tentang kaos Jogger, nah besok di pemilik Jogger akan bicara di The Ary Suta Center.http://www.arysutacenter.com/. jl Prapanca Jakarta selatan. mulai jam 12-15.00. Jika pak Joko ada di Jakarta, silakan mampir, saya undang untuk hadir.
salam
hendrik lim MBA
dear pak Joko,
BalasHapusthanks atas budi baiknnya menulis di blog, perihal pengalaman diatas,
saya membaca di catatan pak Joko tentang kaos Jogger, nah besok di pemilik Jogger akan bicara di The Ary Suta Center.http://www.arysutacenter.com/. jl Prapanca Jakarta selatan. mulai jam 12-15.00. Jika pak Joko ada di Jakarta, silakan mampir, saya undang untuk hadir.
salam
hendrik lim MBA
Baru tahu jika ada yang membutuhkan motivasi menulis dari istrinya dengan cara menjanjikan menampilkan foto di cover buku. Wah, perlu dicoba juga nih, hahaha
BalasHapusWah, Hendrik Lim langsung datang.
BalasHapusSaya malah berbeda, pak. Saya malah mencoba untuk tidak tergantung pada motivasi dari luar. Saya sengaja mencari projek-projek yang menarik minat. Motivasi yang muncul dari minat itu lebih menarik dari sekadar uang.
Akan ada saat-saat ketika motivasi dari dalam kurang atau bahkan hilang. Kita akan butuh motivasi dari luar, tapi itu tidak bisa diandalkan. Salah satunya dari editor. Hmm, jadi ingat dengan buku desain web di Elex yang belum beres sejak 5 bulan lalu. :) Saatnya nulis lagi pak!
Menulis buat saya ya nulis di Blog,
BalasHapusNgeblog pada awalnya tidak menghasilkan, namun waktu itu tidak ada yang protes saya,, he
Sekarang Alhamdulillah bisa menghasilkan.
Kalo dari cerita diatas, memberikan sebuah harapan pada orang lain memang motivasi yang paling bagus menurutku.
Motivasinya sebenarnya ialah agar kita bisa memenuhi harapan orang lain tersebut :). Karena terkadang kita lebih terpacu kalau tersangkut kepentingan orang lain
HENDRIK LIM:
BalasHapusTerima kasih, Pak Hendrik. Wah, surprise sekaligus senang sekali saya bapak mau berkunjung dan meninggalkan komentar di blog saya. :) Mohon koreksinya, Pak bila ada yang salah dalam tulisan saya. Tulisan ini saya tulis sesuai cerita bapak waktu diundang perusahaan saya (Matahari Dept Store) dalam Raker SO 2011 di hotel Aryaduta Februari 2011 yang lalu. Mudah-mudahan bapak masih ingat.
Saya tinggal di Jogja, Pak. Sebetulnya saya senang sekali dapat undangan dari bapak. Sayang saya harus masuk kantor, Pak sehingga tidak bisa menghadiri undangan bapak.
Akhid:
Ini berdasar kisah nyata, Mas. Dari cerita Pak Hendrik Lim. Bahkan beliaunya ada disini ikut hadir memberikan komentarnya.
Jeprie:
Iya, Mas surprise, Pak Hendrik Lim mau datang ke blog saya. :)
Setuju, Mas. Motivasi terbesar dalam menulis, ya seharusnya dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Gunakan orang lain sebagai support atau pemberi semangat aja seperti contoh cerita Pak Hendrik Lim itu. Saya pun terlepas didukung apa tidak oleh istri saya tetap akan menulis. Kebetulan sekarang istri memang mendukung saya sekarang setelah tahu ada hasilnya.
Selamat menulis, Mas Jeprie. Semoga cepat kelar bukunya.
Gaptek:
Nanti kalau Mas Farid sudah menikah dan punya anak pasti ada yang protes. Sekarang, kan belum. HeHe
Cerita di atas sebenarnya penekanannya lebih ke arah leadershipnya, sih Mas. Kaitannya dengan motivasi menulis itu sebagai latar belakang dan contohnya saja bagaimana cara efektif menggerakkan orang lain melalui keinginannya untuk sebuah leadership.
Di Tangerang, mas? di mananya?
BalasHapusAndi Sakab:
BalasHapusDi Lippo Karawaci Tangerang, Mas. Tepatnya di hotel Aryaduta.
Terima kasih mungkin lain waktu Pak Joko bisa hadir
BalasHapusPak Joko sekarang kata kunci hendrik lim di google blog diptara nomer satu, anda benar benar blogger hebat.
salam
hendrik lim MBA
HENDRIK LIM:
BalasHapusSama-sama, Pak Hendrik. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa hadir memenuhi undangan bapak.
Masalah muncul nomer satu di Google, itu sebenarnya alamiah saja, Pak. Saya tak menerapkan cara-cara SEO (Search Engine Optimization) hebat. Mungkin karena persaingan keywordnya yang tidak terlalu tinggi sehingga blog saya bisa muncul di (SERPs) halaman pertama pencarian Google.
saya benar benar harus independen nih, belum punya istri dan juga nggak punya sopir... :D
BalasHapusAku baru tau dan mengenalnya dari blog ini... :)
BalasHapusartikel ini melengkapi sebuar artikel lama yang pernah saya tulis di blog, Dream Sharing Sebagai Sarana Memotivasi Diri.
BalasHapusHanya saja dalam hal ini saya mesti berguru lebih banyak pada Hendrik Lim yang memasukkan orang lain dalam dreamnya. Sehingga orang-orang tersebut otomatis mendukungnya.
Mungkin prinsip leadership seperti inilah yang dilakukan para pemimpin yang sejak awal memimpin berbagi visi dan misinya dengan jelas kepada timnya.
Tentu saja dengan tidak lupa menyertakan bahwa kalau misi sukses dan visi tercapai, maka anggota timnya akan ikut merasakan sukses tersebut.
Nice post mas Joko :)
bagus juga mas tipsnya, semoga saja kita menjadi motivator seperti dia :D.
BalasHapusSriyono Semarang:
BalasHapusIstri tinggal nyari aja, toh Mas. He He
Putra Perdhana:
Oh, ya Mas? Maksudnya baru tahu Pak Hendrik Lim sekarang, ya? Ini ada orangnya berkomentar disini, kok kalau mau berkenalan.
arief maulana:
Saya akan melihat artikel Mas Arief itu setelah balas komentar ini. Terima kasih link tambahannya, Mas.
Kalau berbicara leadership memang mustahil kita bisa sukses tanpa melibatkan orang lain. Betul, Mas? Nah, Pak Hendrik Lim mencotohkan itu dengan istri dan sopirnya sebagai contoh kecil saja, Mas. Bahwa untuk sukses itu butuh support/dukungan dari orang lain.
Guusn:
Amin, Mas. Semoga kita bisa meniru kesuksesan Pak Hendrik Lim.