Rabu, 24 Agustus 2011
3 Peluang Korupsi Yang Sering Terjadi di Bea dan Cukai
Setelah membaca artikel Mas Aming di artikel “Stop Gratifikasi” saya jadi terusik untuk menuliskan hal yang sama. Yaitu kasus serupa tentang korupsi di Bea dan Cukai. Bedanya, kali ini yang akan saya ceritakan murni dari pengalaman saya sendiri, juga pengalaman sahabat saya yang sudah berkali-kali berurusan dengan petugas kantor Bea dan Cukai.
Kalau Anda sering belanja barang online (e-commerce) ke luar negeri tentu tidak asing lagi dan pasti akan berurusan dengan yang namanya kantor Bea dan Cukai. Jadi tidak hanya waktu berpergian ke luar negeri saja yang harus berurusan dengan Bea dan Cukai. Karena, alur pengiriman barang (paket) dari luar negeri sebelum sampai ke tempat tujuan Anda akan discreening pemerikasaan dulu di kantor Bea dan Cukai yang ada di kota Anda, baru kemudian dikirimkan ke alamat Anda.
Lalu apa saja peluang kecurangan atau korupsi yang sering terjadi di kantor Bea dan Cukai? Berikut ini adalah beberapa kecurangannya:
1. Barang ditilep
Peluang korupsi yang pertama ini bukan merugikan negara tapi merugikan wajib pajak. Ini yang pernah saya alami. Yaitu barang saya diutil (baca ditilep) 1 pcs saat diperiksa Bea dan Cukai sebelum dikirimkan Pak Pos ke alamat saya. Saya pernah pesan barang buat dagangan online saya ke situs Alibaba. Pesanan saya jumlahnya 10 pcs. Waktu saya buka di rumah ternyata quantitynya sudah berkurang satu, tinggal 9 pcs.
Pertanyaannya, apa mungkin pengirimannya dari Alibaba hanya 9 pcs? Saya pastikan tidak karena dipackingnya saya amati dengan seksama posisi dusnya untuk 10 pcs barang. Ada bukti dusnya sedikit longgar, pas untuk 1 pcs. Jadi saya bisa memastikan dari sananya memang sudah dikirim pas 10 pcs.
Tips untuk menghindari barang Anda ditilep. Saat kurir atau petugas Pos mengantar paket ke rumah Anda, silahkan langsung dibuka dengan disaksikan petugas Pos atau kurirnya yang kirim barang. Dokumentasikan dengan difoto dan bila perlu buatkan Berita Acara dengan ditandatangai bersama Pak Posnya jika barangnya berkurang. Ini untuk memudahkan Anda komplin keberatan ke kantor Bea dan Cukainya dan agar mereka tidak mengelak.
2. Besaran pajak dikecilkan
Peluang korupsi yang kedua, yaitu memainkan besaran harga di pajak bea masuknya. Karena, seperti kita tahu besaran pajak ditentukan berdasarkan prosentase angka taksiran harga barangnya. Lalu peluang korupsinya ada dimana? Ada di besaran pungutan pajaknya yang sengaja disunat. Caranya, laporan pajaknya dikecilin dari pengenaan pajak yang sesungguhnya.
Hem, Anda masih bingung? Saya ambil contoh barang paket senilai Rp 1.210.000 maka pajak Bea masuknya akan dikenakan PPN sebesar 10% kemudian terkena Pph Pasal 22 sebesar 7.5% sehingga total besaran pajak yang seharusnya disetorkan ke kas negara adalah sebesar Rp 212 ribu. Lalu, ini contoh, oleh Bea dan Cukai laporan nilai barangnya sengaja direduse menjadi, misalnya Rp 1 juta sehingga besaran pajaknya akan lebih rendah lagi. Selisihnya ditilep masuk kantong pribadi petugas Bea dan Cukainya.
Tips agar peluang korupsi ini tidak terjadi, bayarkan pajaknya langsung ke kantor Pos. Jangan melalui petugas Bea dan Cukainya. Sebab, kalau sudah Anda setorkan langsung ke kantor Pos maka uang setoran pajak Anda saya bisa pastikan akan aman masuk ke kas negara.
3. Kongkalikong dengan wajib pajak
Korupsi yang ketiga ini juga seringkali terjadi. Yaitu terjadi kongkalikong antara petugas Bea dan Cukai dengan wajib pajaknya. Seperti saya sebutkan di nomor dua, penentuan pajak bea masuk di Bea dan Cukai ditentukan oleh petugasnya dengan mentaksir nilai barangnya. Biasanya itu bisa dinego kalau kebetulan taksiran harganya keliru, misal kemahalan.
Nah, peluang korupsinya wajib pajak buat kesepakatan di bawah tangan dengan petugas Bea dan Cukai untuk mereduse (mengecilkan) nilai pajaknya menjadi bebas pajak. Wajib pajak hanya membayar senilai 50% dari pajak yang seharusnya dia bayarkan ke kas negara kepada petugas Bea dan Cukainya. Jadi negara tidak dapat apa-apa karena pajak tidak masuk kas negara tapi masuk ke rekening pribadi petugas Bea dan Cukainya.
Contoh, saya punya teman yang jadi importir barang dari Korea dan juga buka Jasa Pembelian Barang ke Luar Negeri dan melakukan kecurangan (kongkalikong) ini dengan kepala kantor Bea dan Cukainya. Teman saya ini cerita mengeluh ke saya. Sudah dapat untung dari hasil korupsi seperti itu, dan barangnya sering diutil tapi kepala Bea dan Cukainya masih juga minta upeti macam-macam. Weleh-weleh!
Itulah 3 Peluang Korupsi Yang Sering Terjadi di Bea dan Cukai. Semoga tulisan ini bermanfaat buat yang belum pernah atau tidak punya pengalaman belanja barang ke luar negeri. Dan apabila post ini dibaca oleh orang Bea dan Cukai, semoga Anda menjadi tersadar dan segera kembali ke jalan yang benar tidak korupsi lagi. Amin.
Sumber Foto: KPK-Bea dan Cukai
Labels:
E-Commerce,
Korupsi,
Kritik,
Pajak,
Tips
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Celah2 korupsi selalu ada. .
BalasHapusyang atas korup . .bawahnya juga korup. .
kacau semmuaaa
iya saya catet pak
BalasHapusTertanda petugas bea cukai *kaburrr*
Untuk menambah prestasi, kadang bea cukai sengaja berkomplot dgn pengusaha. Ini saya dengar dari seorang kenalan.
BalasHapusKatanya, dia sengaja mengimpor satu kontainer sepatu untuk kemudian ditangkap oleh bea cukai. Yang menarik, isi kontainer semuanya sepatu kiri. Karena ga ada yang mau, di waktu lelang dia tinggal beli lagi dengan harga murah.
Kapan Indonesia bisa maju?
ada-akbar.com:
BalasHapusLha, kalau sudah atas bawah itu namanya sudah korupsi berjamaah, Mas. Betul?
honeylizious:
Ada petugas Bea dan Cukai dari Pontianak rupanya. Hahaha.
Jeprie:
Wah, saya baru tahu ada modus korupsi seperti itu di Bea dan Cukai, Mas Jeprie. Terima kasih tambahannya.
Ya, kita sama-sama berharap pemerintah bisa terus berbenah membenahi hal-hal seperti, Mas.
soal pajak semua tau banyak rekayasa. petugas pajak beresiko disuap,siapa sih bisa tahan ngeliat uang banyak. katanya sih jangan menolak rejeki, masalahnya itu JANGAN MENOLAK REJEKI YANG HALAL.
BalasHapuskalo soal korupsi,
akan dapat teguran dunia akhirat. waktu di dunia kaya raya, tapi meninggal sulit, dapat azab kubur trus masuk neraka... aku milih gak mau jalur yang itu...
indonesia strong from home!!!
BalasHapushal-hal kecil yg jarang diendus media, tapi malah masuk dalam blog seperti ini.
BalasHapusapresiasi luar biasa untuk mengungkap apa yg kadang sering tertutup!
korupsi lagi mau jadi apa negara ini :)
BalasHapusAmi:
BalasHapusMasalahnya mengapa praktek korupsi masih sering dilakukan? Karena kesempatan ada. Dan benar, siapa sih yang tahan ngeliat godaan uang banyak. :(
Semoga kita bukan termasuk dan dijauhkan dari sifat seperti itu, Mbak Ami. Suka korupsi.
Belajar Photoshop:
Maksudnya?
aulia87:
Terima kasih, saya hanya berusaha mengungkapkan apa yang saya tahu dan sekaligus pernah saya alami. Semoga membawa manfaat agar tidak terus terjadi kecurangan ini.
fb:
Ya, kita patut prihatin dengan adanya korupsi semacam ini.
klo bicara korupsi mah... masih terlalu banyak untuk ditulis, namun sejauh pengamatan saya, tingkat korupsi di bea dan cukai, meski masih terjadi di sana sisi, namun sebenarnya sudah menurun banyakkk, (yah setidaknya jika dibandingkan dengan lembaga pemerintah lembaga pemerintah yang lain yang hingga kini masih belum menunjukkan pengurangan apapun dari sisi korupsinya)...
BalasHapusSelalu sedih setiap menatap Pemerinatahan dan Tingkah polahnya
BalasHapusSriyono Semarang:
BalasHapusKalau bicara korupsi di negeri ini memang banyak. Benar! Saya juga pernah menulis tentang korupsi kecil-kecilan yang sering dilakukan di peron terminal bis. Itu contoh lainnya.
Syukurlah kalau sekarang sudah berkurang. Berarti dulu-dulu lebih parah, ya korupsi di Bea dan Cukai?
Jauhari:
Begitulah, Mas. Sedih dan prihatin kita melihatnya. Terima kasih, Mas Jauhari da berkenan mampir ke blog saya :)
semogaa para oknum bea cukai mendapatkan Hidayah.....
BalasHapus*Nepuk jidat.....Miimpiiiiiii....
:lol:
smoga permasalahan negri ini cepet klar ... trus yg bikin masalah cepet di kasih hidayah... biar pda *TOHA* (Tobatan nasuHA)
BalasHapusTak peduli sesedikit apa pun yang dikorupsi, tetap saja namanya korupsi. Dan salah satu kejahatan paling buruk, menurut saya, adalah korupsi, karena praktik ini seperti penyakit menular. Di sini diobati, yang di sana sudah menjalar.
BalasHapusSedikit OOT, satu-satunya kewajiban yang selalu saya lakukan dengan hati tidak ikhlas adalah membayar pajak. Setiap kali menerima bukti pemotongan pajak, saya selalu merasa "tidak ikhlas". Yeah, mungkin saya bukan warga negara yang baik. Tetapi, mungkin juga, para penilep pajak itu jauh lebih buruk dibanding saya.
*semoga saja koment ini dibaca orang pajak.
Share pengalaman ni mas untuk point :
BalasHapus#1. Soal malingnya/yang menilep, saya pernah ditilep 1 package 20 Kg berisi Sunglass MP3+Cam saya malah di tilep semua kejadiannya Bulan Desember 2010 lalu hingga kini tidak sampai alamat, berbagai alasan saja BC Jakarta, hingga saya malas ngurusnya dan saya tulis pada surat pembaca kompas online dgn judul Malingnya siapa.
#2. Besaran Pajak di Kecilkan, wah itu hanya di angka mas, BC skrg pinter, di computer mereka tau siapa yang lebih dari sekali belaja ke LN. Mereka malah membesarkan mas, BC sudah tau permainan lama mas.
#3. Nah yang ke 3 ada kaitannya dgn no.2, Kita harus kenal dgn empunya BC, bernegosiasi besaran pajak, BC tutup mata besaran pajak hanya penaksiran dgn bertnya ke wajib pajak, jwb saja sekecilnya malah BC percaya tetapi kelemahannya mereka minta/ambil barang semaunya mereka yg mereka suka. Tapi cara BC mendapatkan uangnya lebih keren skrg, bayar via transfer rek atas nama anaknya, dan ke Kantor BC sudah pajaknya Zero(Nol) barang tinggal angkut alias di laporan form pajak ada stampel bebas pajak atau pajaknya tidak disetorkan ke Negara alias masuk rek. anaknya. :D :D
Korupsi tidak akan hilang adanya Korupsi yang di permanis mas. - Thanks
aming:
BalasHapusKalau berharap boleh, lha Mas. Meski ini mimpi karena korupsi sudah membudaya dimana-mana.
Baju Pria 2011:
Amin. Semoga mereka segera bertobat.
Hoeda Manis:
Sepertinya kita sama, Mas Hoeda. Saya pun merasa tak ikhlas setiap terima salary, bonus dan insentif dipotong PPH. Kalau saya disuruh milih lebih rela, terlepas ini kewajiban, membayar zakat mal ketimbang bayar pajak yang tak jelas juntrungannya kemana.
Mas Lintang:
Akhirnya tersangkanya comment juga disini. Hi…Hi… Berarti informasi yang bilang katanya sudah berkurang itu hanya kabar angin saja, ya Mas? Yang ada malah lebih gila mainnya. Ha..Ha… Pajak sengaja dibesarkan untuk menekan wajib pajak. Setelah wajib pajak tertekan dan teriak baru mereka beraksi. Gila benar cara mainnya. Terima kasih, Mas Lintang poin tambahannya.
haloooo
BalasHapusmemang kata orang kalau mau bisnis, pinter saya tidak cukup, mesti pinter kwudrat.
inilah potret benang kusut
rgds
hendrik kim
Hendrik Lim, Jakarta:
BalasHapusPintar dan cerdik Pak untuk menghadapi para aparat. Betul? He2...
Kalau departemen ini saya ngga heran, dulu saya ngurusin import yang mesti ganti HS code hanya untuk mendapatkan nilai pajak terkecil. Yang lebih lucu lagi, mereka butuh sample tapi lebih dari satu. Padahal jenis barang satu container sama semua, aneh ya? sample atau untuk pribadi?
BalasHapusKapan yaa negara kita bebas korupsi?!?.
BalasHapusBetul 100% yang pak Joko paparkan.. Tapi kadang sebagai wajib pajak saya cenderung selalu terjebak (menjebakkan diri) ke point No.3...wkwkwk
BalasHapusUsul Pak.. sekali-kali kalau boleh..nyentil petugas imigrasi bandara pak seputar fiskal dll..
saya setuju apa yg ditulis disini pak.. tp yg harus dipikirkan bagaimana kita bs mengatasi dan take action yaak :D
BalasHapustak mgkn kalo kita menjadi pahlawan kesiangan
Wah..., negeri ini memang susah ya...
BalasHapusKaget:
BalasHapusGitu, ya Mas? Mungkin juga kalau waktu itu paket saya yang diambil satu itu saya tanyakan ke Bea dan Cukai, ada kemungkinan mereka juga akan jawab dengan mengelak ini buat sample.
bakulatz:
Saatnya nanti pasti akan terbebas tapi entah kapan itu. :)
tonykoes:
Sebagai wajib pajak kita memang serba salah, Mas. Mau tetap jujur dipersulit. Jadinya, ya pakai jalan belakang. Ini bagai makan buah simalakama. Boleh usulnya, Mas Tonykoes nanti kalau ada pengalaman di fiskal akan saya tuliskan.
tomi:
Mas Tomi, kalau saya ini bukan bertindak seperti pahlawan kesiangan. Tapi bagaimana kita yang pernah mengalami menyebarluaskan kebobrokan ini agar korupsi ini tidak terus terjadi. Minimal kalau semua orang tahu, ruang gerak mereka akan banyak yang mengawasi dan menjadi sempit buat korupsi lagi.
Cahya:
Begitulah, Mas Cahya.
kongkalikong itu yang jelek banget.
BalasHapusjahhh indonesia ma sudah susah di benerin dari atas ampe bawahan korupsi muluk 70 % ya semoga saja pada inshaf
BalasHapusBarang saya pernah di tilep seharga 1jt.
BalasHapuskotak dibongkar, diCURI sebagian barangnya, dan di masukin lakban besar 4 biji, buat nyamain timbangannya.
sangat-sangat licik. semoga mereka bahagia dengan barang curiannya.
hampir di semua intansi pemerintah tanpa terkecuali di bea dan cukai,terdapat tikus-tikus yang rakus dengan harta haram...
BalasHapuskorupsi telah menjadi budaya di negara kita...
semoga pemerintah sungguh-sunguh membentas korupsi tanpa pandang bulu...
''KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI''
weleh, laporkan saja kalau ketemu yang kayak gitu
BalasHapus