Membaca tulisan Dahlan Iskan yang berjudul “Inikah Kisah Kasih Tak Sampai?”, yang mengisahkan cerita perjalanannya hendak pergi ke Amsterdam, Belanda kemudian secara tiba-tiba dibatalkannya gara-gara telpon dari istana, saya jadi ingat tulisan lama dia (Dahlan Iskan) sebelumnya yang ditulis pada bulan Juni 2011 lalu, “Bupati Baru di Kolam Keruh”.
Pada kedua tulisan itu, kini seperti ada benang merah yang menghubungkannya. Apa benang merahnya? Nanti di akhir tulisan saya Anda akan bisa menarik benang merah kesimpulannya.
Karena Dahlan Iskan samasekali tak tertarik dengan jabatan menteri maka pada saat pengumuman penting reshuffle kabinet SBY hari Selasa (18/10/2011) kemarin, dia justru dengan santainya akan pergi meninggalkan Indonesia.
Saya baru tahu setelah baca tulisan Dahlan Iskan yang berjudul Inikah Kisah Kasih Tak Sampai, kalau dia itu sebetulnya juga tak mau lama-lama menjadi dirut PLN. Hanya ingin menjabat direktur tiga tahun saja. Bahkan jabatan menteri pun dia juga tak tertarik. Alasannya? Karena dia lebih senang jadi orang bebas.
Ah, Dahlan Iskan jadi mengingatkan saya akan sosok bupati Tuban sekarang, Fathul Huda, yang pernah ditulisnya dalam tulisan kritiknya itu. Fathul Huda, bupati Tuban yang samasekali tak tertarik jadi bupati dan awalnya tetap ngotot tak mau dicalonkan jadi bupati meski berulangkali didesak untuk dicalonkan.
Fathul Huda, kata Dahlan Iskan dalam tulisannya punya modal yang luar biasa: Tidak takut tidak jadi bupati! Itulah modal nomor satu, nomor dua, nomor tiga, nomor empat dan nomor lima yang jarang dimiliki semua calon pemimpin negeri ini yang rata-rata ambisius ingin melanggengkan dinasti jabatannya. Dan kini Dahlan Iskan sudah membuktikannya pada dirinya sendiri, sama seperti tulisan kritiknya itu. Dia tak tertarik jadi menteri. Dia terpaksa jadi menteri sehingga sama seperti Fathul Huda. Boleh saya katakan punya modal kuat: Tidak takut tidak jadi menteri!
Apakah saya salah kalau mengatakan demikian? Bukankah mayoritas pemimpin di negeri ini seperti itu? Ingin berlama-lama duduk di jabatannya. Sehingga segala cara akan dilakukan demi melanggenggakan kekuasaannya.
Di tulisan Bupati Baru di Kolam Keruh —waktu itu Dahlan Iskan masih menjabat sebagai dirut PLN, belum diangkat sebagai Menteri BUMN— ia bercerita, saat di PLN dia berkesempatan keliling ke seluruh Indonesia sehingga bisa mengenal banyak sosok bupati/walikota ke daerah-daerah. Dia mengkritik tentang rendahnya kualitas para pemimpin daerah di negeri ini. Hanya ada beberapa gelintir sosok bupati/walikota menonjol dan yang punya prestasi, tuturnya. Sisanya tak lebih hanya orang-orang biasa yang tak punya kemampuan menonjol. Sedihnya, ada yang tak punya urat malu akibat terlalu nyaman duduk di kursi empuk kekuasaan sehingga sampai lupa berdiri. Contoh bupati Tuban yang lama, Haeny Relawati Rini Widyastuti, yang masih nekad dan tak punya malu tetap mencalonkan diri lagi meski sudah dua kali menjadi bupati hanya untuk mengejar jabatan wakil bupati.
Itulah faktanya, contoh-contoh para pejabat di negeri ini. Lihatlah, bukankan tidak sedikit para pejabat di negeri ini yang demi untuk melanggengkan jabatan atau kekuasaannya sampai-sampai rela membuang rasa malunya dengan segala cara agar tetap duduk di kursi nyamannya sebagai pejabat.
Contoh lainnya lagi bisa Anda lihat sekarang —kebetulan contohnya masih segar dalam ingatan kita, pada saat reshuffle kabinet SBY kemarin— pada beberapa menteri SBY yang dicopot. Ada yang mau menerima dan melepaskan jabatannya dengan legowo, tapi ada juga yang tak rela dicopot dan mau melepaskan jabatan menterinya dengan begitu saja. Anda belum tahu siapa menterinya? Saya sebut saja Fadel Muhammad, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan SBY.
Ya, memang manusiawi lah bila Anda sedih karena jabatan Anda secara tiba-tiba dicopot. Anda dipecat seperti Steve Jobs didepak dari CEO Apple! Siapa yang tak kaget, sedih bila tanpa ada angin tanpa ada hujan tiba-tiba Anda dicopot. Terkejut boleh tapi tentu saja yang lebih penting adalah Anda harus mau intropeksi diri kenapa Anda sampai dicopot. Saya rasa itu yang jauh lebih penting Anda pikirkan dan renungkan daripada mengeluhkan pencopotannya.
Sekarang saya tiba-tiba jadi ingat dengan kata-kata bijak seorang teman di kantor saya. Dia pernah mengatakan begini ke saya: “Jika Anda terlalu lama stagnan duduk di jabatan Anda, tahu dirilah kalau Anda ada saatnya harus pergi lengser. Kasihan orang-orang yang berada dibawah Anda tidak bisa naik, terhambat kariernya karena Anda terlalu lama duduk disitu”.
Update 31 Oktober 2011: Setelah membaca banyak informasi dari media, salah satunya opini dari Prof Rhenald Kasali, saya perlu meralat tentang sikap saya terhadap Fadel Muhammad. Justru dia layak kita dukung dan mendapatkan apresiasi atas prestasinya selama menjadi menteri. Dia lah menteri yang selama ini tegas menolak import garam dan membela kaum miskin (petani). Namun sayang dia justru disingkirkan karena dianggap merugikan beberapa gelintir orang serakah (importir) yang berkolusi dengan pemerintah atas dalih pasar bebas.
Sumber Foto: Kabarbisnis.com
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lengser terkadang berat dilakukan oleh sebagian orang, apalagi tipikal pejabat kita.
BalasHapusSatu2nya jalan ya dilengserkan...
orang indonesia mengenal benang merah yang menghubungkan satu hal dengan hal lain. steve job mempunyai istilah sendiri. connecting the dot :D
BalasHapusbtw tetep salut sama pak dahlan iskan, sindiran yang beredar belakangan ini, dahlan iskan telah membuktikan kalau dalam bidang yang banyak aspek teknisnya sekalipun, orang itb kalah dengan orang iain
hehehe
hmm gt ya?
BalasHapusBahwa KEMAMPUAN berbanding lurus dengan KEMAUAN. Bukan pada GELAR, apalagi MITOS.
BalasHapusDahlan Iskan membuktikan itu!
marsudiyanto:
BalasHapusMelengserkan diri dan dilengserkan memang pilihan, Pak Mars. Bener, pejabat kita kebanyakan lebih memilih dilengserkan daripada berhenti sendiri.
jarwadi:
He2.... Iya, Mas. Steve Jobs menyebutnya connecting the dot, menghubungkan titik-titik. Begitulah terlalu banyak peristiwa dalam hidup ini yang bisa dirangkaikannya jadi satu menjadi sebuah pembelajaran.
Dahlan Iskan sering berkata mengatur orang PLN lebih mudah karena mayoritas pendidikan orang-orang PLN dari teknik semuanya yang punya pola pikir logis sehingga sangat mudah berkompromi. Jadi klop berpadu dengan kemampuan manegerialnya Dahlan Iskan sebagai orang yang punya pengalaman CEO Jawa Pos, grup koran terbesar dari Jatim.
honeylizious:
Hem gitu apanya?
Windu Tampan:
GELAR itu hanya kamuflase di awal kalau kita belum mengenal seseorang. Selanjutnya ya skill KEMAMPUAN. Dan Dahlan Iskan sudah membuktikan kemampuannya walau tidak punya latar belakang teknis di PLN. Betul, Mas Windu? Terima kasih, Mas malam-malam mampir. :)
situasi yang paling sulit yang sangat tidak bisa di terima oleh siapapun adalah melepas "comfort zone" ...
BalasHapussiapapun itu,di luar boleh teriak ikhlas,tapi di dalam belum tentu...bukannya memuji,tapi sosok seperti pak DI adalah salah satu orang yang mampu melepas comfort zone dengan nyaman dan enjoy...
apalagi jika kita rutin membaca kolom mingguan dan editorial beliau di JP,pasti sedikit banyak bisa tahu sosok DI,tulisannya ringan,penuh inspiratif dan tdk terkesan menggurui..
banyak kritikan yg di lontarkan DI di kolom mingguan JP,tapi nggak ada yang marah,dan bukan org sembarangan yg di kritik DI,terkadang dgn menyebut langsung nama tanpa inisial,tapi tdk ada yang marah,karena semua tahu kualitas seorang DI,dan memang begitulah adanya pejabat yang di kritik DI...
jadi membayangkan,seandainya 2014 Dahlan Iskan dan Joko Wi menjadi pemimpin negeri tercinta ini,alangkah indahnya..ambooiii...!
Saya takut PLN selepas kepindahan Pak Iskan jadi buruk lagi kinerjanya... :( Semoga tidak ya.
BalasHapusSaya kagum pada Pak Iskan. Saya yang besar di Surabaya ini cukup dapat asupan tulisan2 beliau di harian Jawa Pos. Saya ikuti terus tulisan2 beliau dari sejak beliau ke Tiongkok untuk belajar bahasa mandarin hingga beliau cangkok hati di sana. Sungguh perjuangan dan perjalanan hidup yg luar biasa.
Saya berdoa semoga beliau sehat selalu, semoga beliau kuat dalam menjalani tugas sebagai menteri BUMN. Aamiin! ^^
Menunggu Jokowi jadi Gubernur jawa tengah saja :)
BalasHapusgoest_wid:
BalasHapusIya siapapun pasti kaget tiba-tiba ditarik paksa harus lepas dari comfort zone-nya. Saya pun mengatakan manusiawi kalau orang jadi sedih. Namun dengan mencoba berusaha ikhlas menerimanya, saya rasa itu lebih baik meskipun dalam hatinya sebetulnya berat menerima itu. Saya rasa itu lebih baik daripada mengeluh dan cerita2 ke media tak rela dicopot.
Kita sama-sama berharap orang baik, cerdas dan tanpa pamrih seperti sosok Dahlan Iskan dan Jokowi bisa memimpin negeri ini.
Asop:
Sebenarnya di satu sisi ya itu, Mas. Kita takut PLN kembali memburuk kinerjanya selepas perginya Dahlan Iskan jadi menteri BUMN. Semoga saja tidak, ya? Kita sama-sama berdoa Mas Asop semoga orang baik seperti Pak Dahlan Iskan bisa berumur panjang. Amin.
Sriyono Smg:
Jokowi termasuk salah satu walikota menonjol dan berprestasi yang disebut-sebut Dahlan Iskan di tulisannya itu. Semoga, Mas. Dia bisa jadi gubernur Jateng atau malah lebih tinggi dari gubernur. Jadi menteri.
Kayaknya SBY salah copot orang. Itulah politik, tdk sllu bisa dipikir dg logika.
BalasHapus