Ya, satu-satunya yang sedikit membanggakan dari diri saya di usia yang sudah tidak muda lagi ini adalah akhirnya saya berani mencoba berbisnis sambilan via internet. Saya berbisnis sambil multitasking kerja kantoran ikut orang. Sebuah pilihan yang sebetulnya tidak mudah juga untuk saya lakukan. Yang namanya kerja multitasking tak jarang membuat kepala saya cenut-cenut kalau harus diberondong banyak pekerjaan. Baik pekerjaan kantor yang menuntut untuk cepat diselesaikan, maupun serbuan order dari prospek yang ingin membeli barang dan minta bantuan Jasa Pembelian Online saya. Belum lagi nanti kalau ada masalah yang membuat hari-hari saya penuh interupsi. Malam-malam saya harus bangun dan tentu saja jadi sulit untuk tidur nyenyak.
Nah, berbicara resiko, boleh saya cerita sedikit tentang pengalaman saya berbisnis di internet. Pagi tadi saya sempat ngetweet di Twitter. Isi tweet saya menceritakan tentang transaksi besar pembelian barang ke luar negeri yang pernah saya lakukan di internet. Beberapa hari yang lalu sempat saya ceritakan di artikel ini “Standar Keamanan Transaksi Situs E-Commerce, Perbankan dan PayPal di Internet”. Tepatnya, sebelum liburan Natal dan tahun baru tahun ini (2012) kalau semua orang banyak yang bersuka cita menunggu perggantian tahun, tapi tidak demikian halnya dengan saya. Mengapa? Karena gara-gara holiday ini salah satu transaksi e-commerce saya dengan nilai 2231.04 USD jadi ikut terlambat. Barang harus pending menunggu liburan di Inggris usai baru bisa dikirim ke Indonesia.
Yang membuat saya kawatir toko onlinenya saya baru kenal dan belum tahu reputasinya seperti apa karena belum pernah transaksi di sana. Saya hanya melihat dari sisi trust secara online saja pakai parameter tool-tool online. Terus kedua, pembayaran barangnya sudah saya transfer via PayPal lunas di muka namun celakanya barangnya harus menunggu lumayan lama, sekitar 12 harian baru dikirim.
Bagaimana kalau ini hanya alasan dari merchantnya saja yang ingin mengulur-ulur waktu atau jangan-jangan ingin menipu saya. Sempat terbesit pikiran jelek seperti itu di benak saya. Dan saya pun sudah menyiapkan resiko paling buruk seandainya itu terjadi. Saya harus jual barang apa yang ada di rumah saya buat mengembalikan duit klien sebesar itu —maaf besar untuk ukuran saya mungkin bisa kecil untuk ukuran Anda— sebagai bentuk tanggung jawab moral saya kepada klien saya.
Dan malam tadi berita menggembirakan itu datang. Alhamdulillah akhirnya senam sport jantung deg-degan karena menunggu beberapa lama akhirnya mereda. Merchantnya memberi kabar ke saya via email akan mengirim barang pesanan saya. Saya diberi kabar tentang detil invoice dan verifikasi sekali lagi masalah alamat pengiriman dan barangnya yang saya pesan. Ah, lega saya terlebih nomor tracking FedEx yang diberikan ke saya statusnya saya cek sudah shipment atau mulai tracking jalan pengirimannya.
Tracking FedEx
Kembali ke masalah resiko berbisnis tadi. Cerita saya di atas hanya sekedar contoh kecil saja mengenai berbisnis. Dan dari contoh kecil ini kini saya mulai belajar untuk berkawan dengan resiko. Ada kelegaan yang sulit untuk saya lukiskan dengan kata-kata bagaimana saat saya bisa memenangkan pertarungan ini. Melawan resiko. Kelegaan setelah harap-harap cemas sekian lama akhirnya bisa terbayarkan lunas dengan reward yang cukup lumayan besarnya sebagai imbalannya.
Terakhir, Satu hal yang bisa saya petik dari pelajaran ini adalah dalam berbisnis, berlaku pada bisnis apapun, semakin besar resiko yang kita ambil, dalam artian semakin besar nilai transaksi bisnisnya, tentu rewardnya juga semakin besar pula. Jadi kalau Anda ingin berbisnis ambil untung (benefit) gede, sepertinya ini sudah hukum alam dan dalam bisnis juga berlaku, pasti butuh pengorbanan gede, biaya modal (cost) duit gede dan kita harus berjuang menempuh resiko (risk) gede pula. Betul?
Pertanyaan saya di akhir posting ini kepada Anda sudah kah Anda mulai berbisnis? Apa resiko terbesar yang pernah Anda lakukan? Silahkan, Anda boleh sharing atau berbagi dengan saya.
Saya memberanikan diri fulltime di web publishing (halah istilahnya... ) mumpung saya belum terlalu tua, 30 lebih sedikit, semakin tua semakin tidak berani katanya pak...
BalasHapusresikonya ya saya melepaskan gaji tetap plus bonus bonus yang pastinya jauh lebih besar dari income online terakhir saya pak, semua semi impian hasil yang jauh lebih besar nantinya pak, target akhir tahun ini hasil dari online harus lebih besar dari gaji terakhir sebagai karyawan pak...
#terakhir kerja jadi bankers, s'pore bank pak...
kalau masalah berbisnis saya belajar dari istri saya hehe.. dia berani ngambil resiko kredit macet karena memberikan barang terlebih dulu sama orang tapi dia gak ngeluh walau resellernya telat bayar :D
BalasHapuskalau untuk saya sendiri saya baru mulai untuk mulai bisnis online..saya masih belum bisa mendapatkan pembayaran hehehe
saya nyuri2 ilmu dulu ah disini..
Semua bisnis memiliki resiko, Bos. Hanya saja natara satu bisnis dengan bisnis yang lain jenis dan tingkat risikonya berbeda. Itu makanya ada disiplin manajemen risiko.
BalasHapusSriyono Semarang:
BalasHapusSemakin tua semakin tak berani? Betul katanya juga begitu. Dan kata teman motivator saya usia maksimal seseorang untuk memulai berbisnis itu maksimal 40 tahun. Kalau sudah lebih sulit katanya.
Hebat berarti Mas Sriyono sudah berani meninggalkan pekerjaannya untuk memulai usaha sendiri. Oh, orang bank toh sebelumnya. Pantas :)
crazyhusband:
Sebetulnya malah itu perpaduan yang komplit, Mas. Suami istri bisa saling sinergi melengkapi. Kombinasinya akan menghasilkan usaha yang dasyat.
Nyuri ilmu apa, Mas? Saya tak punya ilmu apa-apa yang pantas untuk diambil di sini.
Kombor:
Management resiko. Kalau di company tempat saya bekerja disebut divisi Risk Management. Divisi yang bertugas untuk meminimalkan segala resiko, termasuk usaha preventive untuk mencegah shrinkage (angka kehilangan) di retail.
Saya belum serius berbisnis pak, sayang juga sebenarnya kalau tidak segera mulai, hehe
BalasHapusWow, USD 2000! Itu cukup besar...
BalasHapusWow, USD 2000! Itu cukup besar...
BalasHapusJarwadi:
BalasHapusBerarti kita senasib, Mas. Tak berani segera memulai berbisnis. He2...
Asop:
Betul sekali, Mas Asop. Nilai segitu bagi saya, ya cukup besar.
Bisnis apapun punya resiko Pak, sekalipun jual kacang goreng.
BalasHapustahun 2004 saya pernah membuat web (bukan online shop) yang menawarkan dagangan MLM. Awal berjalan bisnis ini lebih banyak keuntungan di offline, dan online justru banyak yang ngga bayar. Untungnya barang yg dikirim hanya sampel, tapi ya tetap rugi. Walaupun 6 kotak sample waktu itu bernilai 2 jutaan :(
Kaget:
BalasHapusIya, Mas makanya ada guyonan kalau takut resiko, ya jangan berbisnis tapi jadi karyawan saja. Aman. :D
Terima kasih sudah berbagi pengalamannya, Mas. Berarti Mas Anto pernah kena rugi juga? Senasib. He2...
Beberapa kali,... tapi jadi pelajaran.
BalasHapusSekarang mikir2 mau balik lagi di biz online, siapa tau kali ini keberuntungan mulai berpihak. :D
Kaget:
BalasHapusPelajaran dari praktek itu adalah ilmu yang luar biasa, Mas. Itu yang tak ada sekolahnya. Mari balik lagi untuk berbisnis online, Mas.
Resiko dalam bisnis pasti ada mas, dan yang terbesar biasanya sih modal finansial. Untuk menghindari resiko akan itu bisnis yang saya jalankan harus sukses dan dapat menghasilkan sehingga bisa menutupi modal yang telah saya keluarkan tadi.
BalasHapus