Saya mulai mengenal (baca memakai) kartu kredit semenjak tahun 2001. Era dimana dulu di tahun-tahun 2000-an awal apply kartu kredit tak semudah seperti mengajukan permohonan kartu kredit sekarang ini, yang sudah diobral di mal-mal. Baca "7 Tips Mengajukan Aplikasi Kartu Kredit" kalau ingin tahu cara mudah mengurus kartu kredit.
Dulu, saya perlu lewat jalur nepotisme dari teman orang finance di kantor saya sehingga tanpa banyak syarat macam-macam permohonan aplikasi kartu kredit saya langsung diapprove. Dan limit kartu kredit saya untuk pertama kalinya cuma sebesar Rp 2 Juta. Maklum, karena penghasilan saya saat itu juga belum ada Rp 2 Juta sebulan.
Kini tanpa terasa saya sudah berpartner selama 11 tahun dengan kartu kredit. Anda tahu? Ini jauh lebih lama dari saya berpartner sama istri saya. He2...
Nah, kali ini saya akan cerita, berbagi pengalaman dengan Anda bagaimana pengalaman saya memperlakukan kartu kredit. Setidaknya selama 11 tahun terakhir ini. Semoga cerita saya ini bisa menjadi pelajaran atau sharing pengalaman bagi yang belum pernah atau ada keinginan memiliki kartu kredit.
Baiklah, langsung saja saya ceritakan dan membaginya dalam 3 fase sebagai berikut:
1. Kartu Kredit Sebagai Uang Simpanan
Di tahun-tahun awal memegang kartu kredit saya beranggapan uang yang ada di dalam kartu kredit adalah uang saya. Padahal itu uang hutangan, milik bank. Karena saya menganggap uang itu seperti uang simpanan saya maka saya begitu tergoda buat menggunakannya. Pingin beli apa saja tinggal nggesek meski tak punya uang simpanan di rekening. Pokoknya saya benar-benar terbuai. Saya samasekali tak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Tak bisa membedakan antara mana belanja barang konsumtif dan mana belanja barang kebutuhan. Sehingga di akhir bulan sering terjadi defisit, gaji saya tak mencukupi untuk bayar tagihan kartu kredit saya.
Bisa Anda tebak ujung-ujungnya saya akan hutang, tak mampu membayar lunas semua tagihan kartu kredit saya. Dan ini berlangsung selama beberapa tahun. Saya terjerat bunga berbunga tak bisa menutup tagihan kartu kredit saya. Saldo hutang terus mengendap tidak bisa terbayarkan lunas. Saya hanya mampu membayar minimumnya dan kadang setengah dari tagihan saja.
Ini fase pertama yang salah dalam memperlakukan kartu kredit. Saya memperlakukan kartu kredit sebagai uang simpanan saya. Contoh pengalaman ini sebaiknya tidak Anda tiru.
2. Kartu Kredit Sebagai Penunda Pembayaran
Seiring dengan berjalannya waktu dan penghasilan saya yang semakin meningkat dan proses pendewasaan saya dalam mengelola keuangan akhirnya fase pertama berhasil saya lewati. Saya berubah. Yaitu memfungsikan kartu kredit benar-benar hanya buat membayar dan menunda pembayaran saja. Saat gajian akhir bulan langsung saya bayarkan lunas.
Saya mulai bisa memanage keuangan karena saya mulai bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Saya benar-benar sudah bisa mengendalikan kartu kredit saya. Saya hanya pakai kartu kredit buat belanja bulanan dan membayar semua tagihan bulanan saya seperti membayar tagihan listrik rumah, internet, telpon dan ponsel pasca bayar saya.
Jadi di fase ini saya benar-benar pakai kartu kredit buat menunda pembayaran saja. Di akhir bulan saya akan bayarkan lunas seluruh tagihan kartu kredit saya.
3. Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran Transaksi Bisnis
Kini setelah saya menekuni bisnis online Jasa Pembelian Luar Negeri, saya berubah kembali dalam memperlakukan kartu kredit. Kalau dulu sebelumnya saya senang pakai kartu kredit buat menunda pembayaran maka sekarang saya kalau belanja lebih suka pakai uang cash dan kartu debit yang langsung tarik dana dari rekening. Kartu kredit benar-benar saya fungsikan sebagai alat pembayaran. Hanya bedanya dengan fase sebelumnya adalah sekarang buat alat pembayaran online. Yaitu untuk transaksi e-commerce import barang ke luar negeri. Saya sudah tidak gunakan lagi buat alat pembayaran lain semacam membayar di toko atau merchant offline saat berbelanja.
Itulah pengalaman saya dalam menggunakan kartu kredit. Semoga pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran bersama. Jangan pernah tergoda untuk menggunakan kartu kredit untuk keperluan belanja konsumtif tanpa memperhitungkan kemampuan finansial Anda. Karena sekali Anda terjerumus hutang akan susah untuk keluarnya. Tetapi bila Anda sudah bisa mengendalikan keuangan Anda, terlebih Anda seorang pebisnis, kartu kredit adalah asset (modal) dan alat bantu keuangan yang bisa dipakai untuk mengatur keuangan atau cash flow bisnis Anda.
Rabu, 02 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kartu kreditku sedang angus pak, kemaren bank dari hongkong itu nggak dikirim kirim, saya komplain katanya saya dah pindah, jadi kartu balik lagi dikirim ke jakarta, [pindah dari hongkong, alamat saya masih sama, nomor telepon saya masih sama], ya sudah saya pengajuan kartu bank lain sazalah...
BalasHapusnice share ... saya user baru kartu kredit.. insya Allah saya langsung ke no 3 ya mas..
BalasHapusLucu juga Pak Joko kalau inget dan pernah mengalami fase 1, saya dulu pernah pegang lebih dari satu Kartu kredit "jadi yang satu sebagai sumber income satu lagi terpaksa jadi sumber pembayaran" jadinya nguplek dan terjerembab, untunglah tidak terlalu lama punya lifestyle tersesat itu.
BalasHapusdan sekarang hanya pegang satu itupun kartu yang bekerja sama dengan salah satu hypermarket hanya untuk berbelanja saja, karena ngarep discount-nya menarik.
saya dari dulu tidak pernah menggunakan kartu kredit karena saya tidak mao pusing.
BalasHapusKartu kredit sangat bagus jika pemanfaatannya utk kepentingan point no.3.Bagi orang yang belum bisa mengendalikan diri dalam berbelanja sebaiknya pakai aja kartu debet anda..
BalasHapusIya, Pakdhe..
BalasHapusKebanyakan orang memang beranggapan kartu kredit itu uang milik, padahal uang utangan. Makanya saya sudah wanti-wanti sama istri biar teliti menggunakan kartu kredit kami.. :)
karena debit sekarang sudah bisa juga buat bayar jadi saya gak buat pak kredit card. walau tetep ada kekurangannya.
BalasHapus