Palpung Bookstore New Zealand |
Bayangkan, saya belum membayar, tepatnya payment belum mereka terima tapi barangya sudah dikirim duluan. Bukankah ini menyalahi aturan transaksi e-commerce di internet yang umumnya pasti menganut sistem pre order. Ada uang baru barang dikirim. Betul?
Bagaimana ceritanya? Ceritanya begini, saya belanja barang, tepatnya mendapat pesanan dari klien Jasa Pembelian Online untuk memesankan buku cetak dan DVD ke situs Selandia Baru. Total belanjanya sebesar 263.8 USD atau 325 NZD (New Zealand Dolar). Ini setara dengan Rp 2.78 Juta kalau dirupiahkan setelah ditambah biaya wire transfer dan administrasi bank sebesar Rp 35.000 + 25 USD.
Awalnya situs mereka menolak payment dari kartu kredit saya. Alasannya? Mereka tidak bisa memproses kartu kredit berasal dari negara Indonesia.
Karena ditolak sempat saya kecewa dan berprasangka buruk ke mereka. Saya bertanya ke sellernya. Apakah Anda tidak percaya (Trust) dengan saya? Dan dia langsung balas tidak. Ini bukan karena masalah atau alasan itu. Tapi payment gateway di situs onlinenya yang memang tidak bisa memproses transaksi dari nomor kartu kredit Indonesia.
Sampai di situ saya sempat berpikir mereka pasti tidak akan kirim bukunya karena mereka menolak kartu kredit saya. Dan saya cek juga belum ada debet masuk senilai tersebut motong dana ke kartu kredit saya.
Nah, selang beberapa hari kemudian anehnya mereka kirim email ke saya bilang akan kirim bukunya. Padahal Saya belum transfer ke rekeningnya sesuai permintaan mereka yang minta dibayar melalui T/T (Telegraphic Transfer). Bukan apa-apa karena saya takut bayar dobel jadi terpaksa saya tunda dulu pembayaran via T/T.
Selang beberapa waktu kira-kira dua minggu kemudian saya terima email lagi dari sellernya. Mereka bertanya ke saya apa sudah melakukan transfer pembayaran, karena mereka belum terima pembayaran dari saya. Dan dia bilang bukunya sudah dikirim. Saya kaget apakah mereka akhirnya memotong kartu kredit saya, kok sudah berani kirim bukunya.
Saya kemudian cek mutasi rekening kartu kredit saya ternyata masih sama, belum ada pendebetan senilai transaksi buku tersebut. Penasaran kemudiaan saya crosscek ke klien saya untuk menanyakan apa benar bukunya sudah dikirim. Dan klien saya kemudian memberi info ke saya kalau bukunya sudah diterima.
Wah, ini sungguh kejutan dan diluar kebiasaan transaksi e-commerce. Seller mengirim barang duluan, sementara pembayaran belum dibayarkan.Akhirnya uang yang sudah saya refund ke klien saya, saya minta kembali dan kirim ke sellernya untuk saya bayarkan kembali.
Pengalaman ini sungguh berharga dan patut saya ceritakan kepada Anda. Bukan karena masalah tersanjungnya saya karena dipercaya orang dari negara lain tapi saya tersanjung, ternyata diantara sekian banyak negara lain yang kurang trust kepada Indonesia ternyata masih ada orang Selandia Baru yang begitu mempercayai saya, orang Indonesia.
apa mungkin ada track record yang bisa ditelusuri? Siapa tahu mereka mencari tahu sosok pak Joko? =CMIIW=
BalasHapusAdetruna:
BalasHapusJangan-jangan mereka mampir dan melihat-lihat profile saya dulu di blog ini sebelum kirim, Mas. Siapa tahu? He2....
Berarti halaman About dan Disclaimer perlu dibuat bahasa Inggris Pak, agar orang lain mudah mengecek siapa anda :)
BalasHapushehe, repotnya, kalau klien pak joko orangnya rewel, terima barang, terima refund dan tidak mau membayar ke pak joko, untung ngga begitu ya pak, hehehe
BalasHapusMenarik pak. Saya kadang sulit percaya orang di dunia online. Tt itu semacam union itu ya pak,yg di kntr pos.
BalasHapusAnonim:
BalasHapusTerima kasih atas sarannya. Saran Anda akan saya pertimbangkan.
Jarwadi:
Iya, Mas. Untungnya begitu. Klien saya juga orangnya baik. Dia mau transfer balik lagi ke saya sehingga saya bisa bayarkan kembali.
Jeprie:
Kalau dengan saya sudah saling percaya, kan Mas Jeprie? Meski hanya kenal secara online. :)
TT sedikit mirip dengan Western Union, Mas. Hanya bedanya kalau TT uang bisa langsung masuk ke pemilik rekening bank yang dituju, penerima uangnya tak perlu repot mencairkan uangnya, sementara WU tidak. Penerima uangnya kalau WU harus mencairkan sendiri ke bank atau mitra lokal WU yang ada di negara tujuan transfernya.
Apa semua orang Selandia Baru seperti mereka ya yang bisa percaya dengan pembeli2 dari Indonesia ?
BalasHapus